REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Raja Yordania Abdullah II mengatakan, kerajaannya terlibat dalam diplomasi intensif untuk menghentikan eskalasi militer Israel dalam kekerasan terburuk Israel-Palestina dalam beberapa tahun.
"Ada kontak intensif dengan pihak internasional untuk menghentikan eskalasi Israel," kata Raja seperti dikutip media Pemerintah Yordania.
Raja dan keluarganya memiliki perwalian situs Muslim dan Kristen di Yerusalem. Meski mengaku sedang melakukan diplomasi, Raja tidak memerinci diplomasi yang sedang dilakukan saat ini.
Namun, pejabat Pemerintah Yordania mengatakan bahwa kerajaan pro-Barat ini memimpin kampanye diplomatik dengan sekutu Eropa dan Amerika Serikat (AS). Negara ini berusaha menekan Israel agar mengakhiri serangan udara dan artileri di Jalur Gaza sejak pertempuran meletus awal pekan lalu.
Sebelum pernyataan Raja Abdullah II, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan tindakan Israel mendorong kawasan itu menuju konflik yang lebih luas. "Israel memikul tanggung jawab pasukan pendudukan yang ada atas situasi berbahaya di tanah Palestina yang diduduki dan apa yang ditimbulkannya dalam kekerasan, pembunuhan, perusakan, dan penderitaan," katanya.
Ribuan warga Yordania yang kebanyakan dari mereka berasal dari Palestina turun ke jalan-jalan di Ibu Kota Amman pada akhir pekan. Mereka menyerukan kerajaan untuk membatalkan kesepakatan damai dengan Israel.
"Pemerintah harus memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir duta besar Zionis dari Amman," kata kepala Front Aksi Islam, kelompok oposisi terbesar di negara itu, Murad al-Adaylah.