REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel melancarkan serangan baru di Jalur Gaza pada Senin (17/5) pagi. Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah pengurus sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa akhir dari permusuhan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Pengeboman Israel di Gaza memasuki hari kedelapan berturut-turut ini mengenai rumah kepala Hamas Gaza, Yehya al-Sinwar. Pengeboman udara Israel pun dinilai lebih berat, di wilayah yang lebih luas, dan berlangsung lebih lama daripada serangan sehari sebelumnya. Pada akhir pekan serangan Israel membunuh 42 orang Palestina, melukai lusinan orang, dan meratakan setidaknya dua bangunan.
Koresponden AP di Gaza, Tarif Akram, mengatakan ledakan mengguncang kota dari utara ke selatan. Sementara, koresponden Aljazirah, Safwat al-Kahlout, mengatakan hampir tidak ada satu jam perdamaian. Pesawat nirawak Israel melayang di atas kepala dan mengisi langit Jalur Gaza.
Dikutip dari Aljazirah, sedikitnya 192 orang, termasuk 58 anak-anak dan 34 perempuan, telah meninggal di Jalur Gaza sejak kekerasan terbaru dimulai sepekan lalu. Sedangkan, Israel telah melaporkan 10 orang meninggal, termasuk dua anak.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) melakukan pertemuan pada Ahad (16/5). Sesi itu membahas kekerasan, tetapi gagal untuk menyetujui, bahkan pernyataan keprihatinan bersama atas serangan mematikan bagi warga Palestina di Jalur Gaza.