REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan negaranya menolak tindakan Israel mengusir warga Palestina dari wilayah Yerusalem Timur. Menurutnya, itu menjadi salah satu penyebab meningkatnya kekerasan, termasuk eskalasi pertempuran.
“Kami menolak tindakan Israel yang berusaha mengusir warga Palestina dari Yerusalem Timur. Solusi untuk masalah Palestina harus dicapai berdasarkan Prakarsa Perdamaian Arab dan kami menyambut baik upaya untuk mencapai gencatan senjata yang mendesak di Gaza dan pengiriman bantuan,” kata Pangeran Faisal saat berbicara pada sesi darurat tentang situasi di Palestina di Majelis Umum PBB pada Kamis (20/5), dikutip laman Al Arabiya.
Ia pun mengisyaratkan kembali dukungan Saudi untuk Palestina. “Masalah Palestina adalah inti dari kebijakan kami sehingga Palestina bisa mendapatkan kembali tanah mereka,” ujar Pangeran Faisal.
Sejak 10 Mei lalu, Israel melancarkan agresi ke Jalur Gaza. Aksi itu dilakukan sebagai respons atas serangan roket yang diluncurkan Hamas. Peluncuran roket itu merupakan respons Hamas atas aksi kekerasan yang dilakukan aparat keamanan Israel kepada warga Palestina di sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa.
Sejak awal bulan ini, warga Palestina di Yerusalem Timur menggelar aksi demonstrasi menentang rencana Israel menggusur sejumlah keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah. Namun aksi itu direspons represif dan brutal oleh Israel. Kerusuhan sempat berlangsung di sekitar kompleks Al-Aqsa.
Hamas sempat memperingatkan dan memberi tenggat waktu agar Israel segera menarik aparat keamanannya dari kompleks Al-Aqsa. Peringatan itu diabaikan. Hamas kemudian meluncurkan serangan roket ke wilayah Israel.
Sejauh ini, setidaknya 232 warga Palestina di Gaza, 65 di antaranya anak-anak gugur akibat serangan Israel. Sementara serangan Hamas telah menyebabkan 12 warga Israel tewas.