Oleh : Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI
REPUBLIKA.CO.ID, --- Kita sebagai bangsa yang cinta damai tentu saja senang dengan adanya gencatan senjata antara Israel dan Palestina karena itu berarti tidak akan ada lagi pertumpahan darah di wilayah tersebut.
Tapi, saya tidak percaya Israel akan benar-benar berhenti untuk mencaplok dan merampas tanah serta menjajah rakyat dan bangsa Palestina karena yang namanya penjajah itu tidak pernah bisa dipercaya. Apalagi, kita sebagai bangsa sudah pernah punya pengalaman panjang dan pahit pada masa penjajahan Belanda.
Di mana ketika dia berperang melawan kaum paderi di Sumatra tengah lalu, dia melakukan genjatan senjata dengan kaum paderi karena Belanda harus menghadapi perlawanan Pangeran Diponegoro di Pulau Jawa.
Tapi, begitu tugas mereka selesai melumpuhkan perlawanan Pangeran Diponegoro, mereka kembali berperang melawan kaum paderi sampai kaum paderi akhirnya bisa mereka kalahkan. Jadi, menurut saya, jangan terlalu percaya pada siasat Israel ini.
Untuk itu, semestinya dunia Islam, terutama negara-negara yang bertetangga dengan Israel bisa melihat dan menyimpulkan bahwa ternyata Israel yang selama ini digembar-gemborkan memiliki angkatan perang dan pertahanan yang sangat kuat serta tidak bisa dijebol dan dipatahkan, ternyata keadaannya tidaklah demikian.
Karena buktinya dalam melawan roket-roket Hamas saja mereka benar-benar tidak mampu dan benar-benar kewalahan menghadapinya.
Oleh karena itu, situasi yang seperti ini hendaknya benar-benar bisa dimanfaatkan oleh dunia Arab untuk menekan Israel agar kembali ke posisinya semula dan melepaskan semua tanah rakyat dan bangsa Palestina yang mereka rampas dan duduki.
Kalau Israel tidak mau, dunia Arab harus kompak dan bersatu untuk merebutnya kembali dengan menyerang Israel secara frontal dari semua lini, baik darat laut maupun udara, sampai Israel bertekuk lutut dan mau tunduk serta patuh pada keputusan lembaga-lembaga internasional dan menghormati nilai-nilai perikemanusiaan dan perikeadilan yang luhur dan mulia tersebut. Terima kasih.