Sabtu 22 May 2021 12:48 WIB

243 Orang Palestina Gugur dalam Serangan Israel

Dalam agresi selama 11 hari ini, sebagian besar korban adalah anak-anak.

Rep: Zahrotul Octaviani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.
Foto: AP/John Minchillo
Ratusan warga Gaza berjalan melewati reruntuhan sebuah gedung yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktivis asal Pelstina, Abeer Z Barakat, menyebut korban meninggal dunia akibat agresi yang dilakukan Israel terus meningkat. Terbaru, 243 orang dilaporkan kehilangan nyawa, termasuk di dalamnya 66 anak-anak.

"Kementerian Kesehatan mengumumkan 243 orang meninggal dunia akibat serangan ini. (sebanyak ) 66 di antaranya adalah anak-anak, 39 wanita dan 17 orang kategori lanjut usia (lansia)," kata dia dalam Webinar bersama Republika, Sabtu (22/5).

Baca Juga

Ia menyebut jumlah ini terus bertambah, mengingat banyak korban yang berada dalam bahaya tertahan puing-puing bangunan. Pemerintah Palestina terus berupaya menyelamatkan mereka.

Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan juga menyebut 1.948 warga Palestina menjadi korban luka-luka. Dalam agresi yang berlangsung selama 11 hari ini, sebagian besar korban adalah anak-anak.

"Kalau menurut Israel, dari sekian banyak korban ini yang merupakan bagian dari teroris, seperti yang mereka klaim dari Hamas, jumlahnya adalah 39. Hal ini sungguh sangat absurd untuk ukuran menyerang teroris yang jumlahnya 39 orang," lanjutnya.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Kotamadya Gaza menyebut kehancuran yang dialami daerah itu sangat masif. Mereka mempunyai tugas berat untuk membangun kembali Gaza.

Ada banyak institusi yang harus dibangun, termasuk perumahan warga, tempat bisnis dan pasar, ruang bagi media, perkebunan, serta pabrik. Setiap aspek kehidupan termasuk sekolah, klinik, rumah sakit, masjid dan infrastruktur jalan juga menjadi perhatian.

Abeer Barakat menyebut di sekitar lingkungan rumahnya ada beberapa yang tidak mendapatkan akses listrik. Tak hanya itu, akses air bersih semakin susah dan menjadi permasalahan yang serius.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement