Sabtu 22 May 2021 15:46 WIB

Selama Al-Aqsa Belum Dibebaskan, Hamas: Kami Lawan Israel

Ismail Haniyeh menegaskan perang melawan Israel tak berhenti sampai al-Aqsa bebas.

Rep: Haaretz/TimesofIsrael/ Red: Elba Damhuri
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di Kompleks Masjid al-Aqsha di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari.
Foto: AP / Mahmoud Illean
Warga Palestina lari dari bom suara yang dilemparkan oleh polisi Israel di depan kuil Dome of the Rock di Kompleks Masjid al-Aqsha di Yerusalem, Jumat (21/5), ketika gencatan senjata mulai berlaku antara Hamas dan Israel setelah perang 11 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, QATAR -- Pemimpin gerakan Hamas Ismail Haniyeh mengatakan perang melawan Israel akan terus berlanjut sampai Masjid al-Aqsa dibebaskan.

"Kekalahan Israel dalam perang di Gaza ini akan memiliki konsekuensi besar bagi masa depan mereka," kata Haniyeh, seperti dikutip Haaretz, Sabtu (22 Mei)

Ia menegaskan, Kota Yerusalem yang di dalamnya ada Masjid al-Aqsa tetap menjadi inti konflik. Selama al-Aqsa masih dikuasai Israel, Haniyeh menyatakan perlawanan tidak akan pernah berhenti.

Ismail Haniyeh memuji kemenangan Hamas dalam perang melawan Israel. Menurut dia, perang ini telah menggagalkan upaya Israel untuk berintegrasi ke dunia Arab lebih dekat.

"Pertempuran ini telah menghancurkan proyek hidup berdampingan pendudukan Israel, proyek normalisasi dengan Israel," kata Haniyeh dari Qatar, tempat dia tinggal, seperti dikutip TimesofIsrael.

Ia merujuk pada bentrokan yang meluas antara orang Arab Israel dan Yahudi serta Israel dan perjanjian Israel dengan beberapa negara Arab. 

Negara-negara Arab yang mencoba membangun hubungan dengan Israel diguncang gempa anti-Israel selama perang berlangsung.

Beberapa negara Arab, seperti tetangga Israel, Yordania, menyaksikan ribuan orang berkumpul untuk memprotes serangan udara Israel di Gaza. 

Maroko, negara yang baru-baru ini mulai menjalin hubungan lebih dekat dengan Israel, juga menyaksikan aksi unjuk rasa pro-Palestina yang meluas.

"Kami melihat dukungan bangsa Arab muncul, dari timur ke barat, dengan semua komponen dan faksi, di belakang Yerusalem dan Palestina," kata Haniyeh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement