REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN – Anggota Parlemen Yahudi Iran dan Ketua Asosiasi Yahudi Tehran, Homayoun Sameyah Najafabadi mengecam serangan-serangan Israel terhadap Palestina.
Menurutnya, Israel tidak menghormati Masjid Al Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam, dan membunuh orang-orang Palestina yang tidak bersalah.
"Setiap orang Yahudi setia yang otentik, yang percaya pada Taurat harus mengutuk serangan brutal terhadap Palestina," katanya dilansir dari Anadolu Agency, Sabtu (22/5).
Najafabadi menggarisbawahi pentingnya menghormati tidak hanya agama tetapi juga tempat yang dianggap sakral. Namun pemerintah Israel justru bertindak sebaliknya terhadap orang-orang Palestina. “Kebanggaan dan kepercayaan rakyat Palestina dihina,” kata Najafabadi.
Dia berpendapat bahwa serangan Israel menyebabkan lebih banyak ketegangan antara Muslim Arab dan Yahudi, dan memperingatkan orang-orang Yahudi tentang dukungan mereka terhadap Israel.
Meskipun ungkapnya, memang tidak dapat disangkal bahwa beberapa segmen populasi Yahudi dunia mendukung Israel, tetapi orang-orang Yahudi yang setia, yang tidak memiliki bias regional dan etnis, tetap mendukung Palestina. "Komunitas Yahudi di Iran mengutuk pembunuhan brutal terhadap warga Palestina," katanya.
Najafabadi mengkritik sikap dunia terkait masalah Palestina dan menyatakan bahwa negara adidaya global mendapat manfaat dari ketegangan di Timur Tengah.
“Kekuatan dunia hanya peduli pada kepentingan nasional dan individu mereka. Mereka harus tulus tentang hak asasi manusia dan menentang pembunuhan yang tidak manusiawi," katanya.
Najafabadi menyatakan bahwa politik dalam negeri Israel dan ambisi politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bercampur dengan agresi terbaru terhadap warga Palestina. "Saya yakin bahwa perang dan serangan telah direncanakan sebelumnya," ungkapnya.
"Meningkatnya ketegangan dan meletusnya perang mengkonsolidasikan perasaan solidaritas di suatu negara. Netanyahu ingin memanfaatkan perang untuk membentuk pemerintahan koalisi, yang tidak bisa dia lakukan sejauh ini," sambungnya.
Menurut Najafabadi, kembalinya warga Palestina ke tanah mereka adalah satu-satunya solusi untuk masalah ini, dan Israel harus menerimanya di bawah tekanan, dan dengan kekuasaan.
Ketegangan ini dimulai di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan, kemudian menyebar ke Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks Masjid Al Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah.
Militer Israel melancarkan serangan udara di seluruh Jalur Gaza sejak 10 Mei, meninggalkan jejak kehancuran besar-besaran di seluruh wilayah pantai. Korban meninggal akibat serangan Israel di Jalur Gaza sebanyak 248 orang dan korban luka sebanyak 1.948 orang.