Senin 24 May 2021 12:34 WIB

PBB Desak Israel-Palestina Hormati Gencatan Senjata di Gaza

Mereka yang melanggar gencatan wajib diminta pertanggungjawaban.

Sebuah kawah penuh air dan sisa-sisa limbah di mana rumah Ramez al-Masri dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Minggu, 23 Mei 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara.
Foto: AP / John Minchillo
Sebuah kawah penuh air dan sisa-sisa limbah di mana rumah Ramez al-Masri dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Minggu, 23 Mei 2021, di Beit Hanoun, Jalur Gaza utara.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- PBB mendesak Palestina dan Israel untuk memperkuat gencatan senjata di Jalur Gaza dan menghindari provokasi. Mereka yang melanggar gencatan senjata mesti diminta pertangungjawaban.

“Gencatan senjata harus diperkuat dengan semua menghindari provokasi. Mereka yang melanggar hukum humaniter internasional harus dimintai pertanggungjawaban. Harus ada cakrawala politik dengan akar penyebab konflik berkelanjutan yang sedang ditangani," kata Koordinator Kemanusiaan untuk Wilayah Pendudukan Palestina Lynn Hastings, Ahad (23/5).

Baca Juga

Pernyataan itu disampaikan Hastings dalam konferensi pers bersama di Gaza dengan Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) Philippe Lazzarini. "Saya mengulangi seruan Sekretaris Jenderal kepada para pemimpin Israel dan Palestina untuk merevitalisasi dialog yang serius guna mencapai solusi adil dan langgeng untuk semua," kata Hastings.

Sumber,  https://www.aa.com.tr/id/dunia/pbb-desak-palestina-israel-hormati-gencatan-senjata-di-gaza/2252051.

Dia mencatat bahwa eskalasi terbaru memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di Gaza akibat blokade Israel selama 14 tahun. Hastings juga menyerukan pencabutan pengepungan untuk memungkinkan wilayah itu terhubung kembali ke seluruh Palestina, termasuk Yerusalem Timur.

Sementara itu, Lazzarini mengungkapkan rasa frustrasinya yang mendalam atas episode kekerasan ekstrem yang tidak masuk akal yang menewaskan warga sipil, menghancurkan infrastruktur dan membuat Gaza mengalami kemunduran beberapa tahun.

Dia menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendanai upaya UNRWA mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang mendesak bagi Palestina.

Lazzarini mengatakan misi utamanya setelah meninggalkan Gaza adalah untuk memastikan bahwa stabilitas tetap dalam kehidupan para pengungsi Palestina di Gaza melalui UNRWA yang kuat.

Dia juga berjanji untuk mendesak komunitas internasional mengatasi akar penyebab konflik, pendudukan, pengungsian di Yerusalem Timur dan Sheikh Jarrah, blokade dan siklus kekerasan.

Ketegangan meningkat di seluruh wilayah Palestina bulan lalu setelah putusan pengadilan Israel untuk mengusir keluarga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah, Yerusalem, untuk mendukung kelompok pemukim Yahudi. Situasi memanas setelah pasukan Israel menggerebek Masjid al-Aqsa dan menyerang jamaah di dalamnya.

Ketegangan menyebar ke Jalur Gaza, dengan Israel melancarkan serangan udara yang membunuh sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, serta melukai lebih dari 1.900 lainnya.

Otoritas kesehatan di Tepi Barat secara terpisah mengonfirmasi 31 orang tewas di wilayah itu, dengan total 279 di seluruh wilayah Palestina. Dua belas warga Israel juga tewas dalam serangan roket Palestina dari Jalur Gaza. Pertempuran yang paling sengit dalam beberapa tahun ini terhenti pada Jumat di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir.

sumber : Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement