Selasa 25 May 2021 05:30 WIB

Pengakuan Mengejutkan Aktivis Kristen Amerika Soal Hamas

Aktivis Kristen Amerika Serikat di Palestina punya kesan tersendiri soal Hamas

Rep: Ferry Kisihandi/ Yeyen Rostiani/ Red: Nashih Nashrullah
Anggota Brigade Izuddin Al Qassam Hamas berfoto dengan warga di Kota Gaza, Jalur Gaza Palestina.
Foto:

Kemenangan Hamas pada pemilu dua tahun lalu karena warga Palestina mengetahui Fatah yang korup. Mereka percaya pada Hamas karena jujur. Saat itu, tak hanya Muslim, tapi juga orang sekuler dan Kristen banyak yang memilih Hamas. J

ika orang mengatakan Hamas kelompok teroris, Israel adalah kelompok teroris sebenarnya. Dan, saya pikir, teroris yang paling buruk dan paling besar di dunia adalah George W Bush. Alqaedah, misalnya, dalam lima tahun terakhir telah membunuh ribuan orang. Namun, dalam waktu yang sama, Bush telah membuat lebih dari jutaan orang tewas.

Selama ini, Pemerintah Amerika Serikat selalu memberikan dukungan penuh kepada Israel. Ketika Anda memutuskan pergi ke Hebron dan berinteraksi dengan Muslim Palestina, apakah ada pertentangan dalam diri Anda sebagai warga AS?

Saya mengerti dan saya menentang kebijakan Amerika Serikat. Saya telah terlibat dalam aksi antikekerasan selama 50 tahun. Saya pernah bekerja dengan Martin Luther King dalam aksi antikekerasan dan juga menentang Perang Vietnam. Saya harus katakan, saya cinta negara saya. Tapi, apa yang dilakukan negara saya membuat saya sangat sedih.

Menurut Anda, Pemerintahan AS mendatang akan mengubah kebijakan mereka soal Palestina- Israel?

Saya tak bisa secara tegas mengatakannya. Sebagian besar politisi yang kemudian terpilih jadi presiden berbuat berbeda dengan yang mereka kampanyekan. Well, dalam soal Palestina, Barack Obama (kandidat dari partai Demokrat, Red) terdengar lebih buruk dibandingkan Bush.

Saat Obama berbicara di Washington DC sebulan lalu, dalam pertemuan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), mengatakan, seluruh Yerusalem milik Yahudi dan tak bisa dipecah. Dia menginginkan suara dari pemilih Yahudi. 

Secara politik, Yahudi memberikan suaranya kepada Demokrat. Sementara itu, Kristen sayap kanan, termasuk Christian-Zionism, memberikan dukungan terhadap Partai Republik. Jadi, baik Demokrat maupun Republik punya komitmen yang tinggi kepada Israel.

Apakah Anda setuju bila dikatakan siapa pun yang menjadi presiden AS, keberpihakan AS terhadap Israel tak akan berubah?

Tak akan pernah, sejak Truman (Harry Truman, presiden AS yang mengakui berdirinya Israel pada 1948). Namun, yang harus kita lakukan adalah bagaimana memahami cinta Tuhan. Ini dasar yang mendorong saya melakukan aksi nonkekerasan di Hebron.

 

 

*Naskah in merupakan wawancara Harian Republika yang terbit 2008

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement