REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Para pemimpin Muslim di Eropa pada Senin menyatakan mereka menyambut baik penyelidikan Pengadilan Kriminal Internasional atas kejahatan Israel terhadap Palestina yang diluncurkan tahun ini pada Maret.
"Forum Muslim Eropa [EMF] menyambut baik penyelidikan yang diluncurkan oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag pada musim semi 2021 mengenai dugaan kejahatan Israel di wilayah Palestina," kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
Kelompok itu meminta komunitas internasional untuk mengakhiri kekejaman Israel sebelum konsekuensinya menjadi tidak dapat diubah.
"Saat ini, Israel ingin tetap berkuasa dengan segala cara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjerumuskan negaranya ke dalam bencana, menumpahkan darah di Palestina dan Israel," tambah pernyataan EMF.
Mewakili "kehendak Muslim" dari 36 negara Uni Eropa, EMF mengatakan mereka "tidak bermaksud membiarkan algojo ini lolos begitu saja dan tidak akan menjauh dari apa yang saat ini terjadi".
"EMF percaya bahwa Netanyahu harus dimintai pertanggungjawaban secara pribadi atas perlakuan tidak manusiawi terhadap rakyat Palestina, pelanggaran terhadap kedaulatannya, dan penodaan terhadap situs-situs suci Islam," kata EMF.
Ketegangan baru-baru ini yang bermula di Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadan menyebar ke Jalur Gaza sebagai akibat dari serangan Israel terhadap jamaah di kompleks Masjid al-Aqsa dan lingkungan Sheikh Jarrah.
Setidaknya 279 warga Palestina gugur - 248 di Gaza dan 31 di Tepi Barat - dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak pertengahan April, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Otoritas kesehatan di Tepi Barat mengonfirmasi bahwa 31 orang juga meninggal di wilayah pendudukan, dengan total 279 di seluruh wilayah Palestina.
Dua belas orang Israel juga tewas dalam tembakan roket Palestina dari Jalur Gaza. Pertempuran, yang paling sengit dalam beberapa tahun, terhenti pada hari Jumat lalu di bawah gencatan senjata yang ditengahi Mesir.
EMF mengatakan tindakan Netanyahu Israel menyebabkan "perpecahan antara orang Arab dan Yahudi, Yahudi dan Muslim, Palestina dan Israel". "Langkah Netanyahu membawa Israel ke dalam isolasi dan keruntuhan kebijakan luar negeri," tukas mereka.