Selasa (25/5) pagi, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, tiba di bandar udara Ben Gurion, Tel Aviv, dan disambut rekan sejawatnya, Gabi Ashkenazi, yang didampingi sejumlah pejabat tinggi.
Dalam upayanya mencegah pertumpahan darah lanjutan antara Palestina dan Israel, dia harus menghadapi masalah yang juga menghalangi terciptanya damai di kawasan sejak beberapa dekade terakhir.
Perang selama 11 hari di Jalur Gaza menewaskan 250 orang. Kebanyakan korban jiwa adalah warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak. Usai gencatan senjata berlaku sejak Jumat (21/5) pekan lalu, para penyintas mendapati kota mereka sudah dilanda kehancuran.
Adapun ketegangan antaretnis, yang melatari konflik antara Israel dan Hamas, belum sepenuhnya mereda. Sidang penggusuran sejumlah keluarga pengungsi Palestina di Yerusalem Timur akan dilanjutkan dalam beberapa pekan ke depan, usai ditunda menyusul kerusuhan.
Jumat (21/5), polisi kembali bentrok dengan warga Arab di Masjid al-Aqsa, beberapa jam setelah gencatan senjata disepakati. Sementara pada Senin (24/5), seorang serdadu dan warga sipil Israel ditusuk oleh warga Palestina di Yerusalem Timur. Pelaku lalu ditembak mati oleh polisi.
PM Benjamin Netanyahu yang sedang mempertaruhkan karir politiknya, diyakini belum akan melonggarkan sikap atau mengakhiri kebijakan diskriminatif terhadap warga Arab di Israel, lantaran khawatir dituduh menuruti tuntutan Hamas.
Konflik Israel ciptakan perpecahan internal di Partai Demokrat
Blinken sendiri tidak akan bertemu dengan perwakilan Hamas yang diklasifikasikan sebagai organisasi teror oleh AS dan Uni Eropa. Sebaliknya dia akan melawat ke Tepi Barat Yordan untuk menemui Presiden Mahmoud Abbas.
Dia baru-baru ini menunda pelaksanaan pemilu pertama di Palestina sejak 15 tahun. Pengamat meyakini langkah itu diambill untuk melindungi kekuasaan Fatah yang dilanda kisruh internal. Jika dilanjutkan, pemilu diprediksi akan melumat suara Fatah yang terpecah antara sejumlah tokoh partai yang saling bersaing.
Abbas saat ini ikut menjadi sasaran amarah warga Arab di Yerusalem Timur. Pada aksi demonstrasi Jumat lalu, mereka meneriakkan penolakan terhadap Otoritas Palestina, dan sebaliknya menyuarakan dukungan terhadap Hamas. Namun begitu, Abbas secara de jure masih dianggap perwakilan tertinggi Palestina.
Blinken juga dijadwalkan menyambangi Mesir dan Yordania, yang selama ini aktif memediasi konflik di Palestina. Gencatan senjata teranyar misalnya dicapai atas inisiatif Kairo, dan desakan Washington terhadap Israel untuk mengakhiri operasi militer.
Menurut Presiden AS Joe Biden, dalam lawatannya Blinken juga akan "mengkoordinasikan bantuan kemanusiaan untuk Gaza," kata dia seperti dilansir AP.
Biden sendiri saat ini dirundung perselisihan internal di Partai Demokrat tentang sikap AS terhadap pelanggaran HAM oleh Israel. Pada Senin (24/5) dia menerima surat petisi yang ditandatangani 500 staf Partai Demokrat, yang mendesak pemerintah agar lebih tegas melindungi warga sipil Palestina.
Pemerintah AS banyak mendapat kritik internal menyusul sikap diam dalam konflik teranyar. Biden sejauh ini hanya menegaskan pemerintahannya mendukung hak Israel untuk melindungi diri, tanpa banyak membahas isu diskriminasi rasial atau hak warga Palestina yang menjadi biang konflik.
Washington sebaliknya berdalih pihaknya menjalankan diplomasi tingkat tinggi di balik layar untuk memastikan perdamaian tetap dijaga. Dalam sebuah wawancara dengan CNN akhir pekan lalu, Blinken mengatakan AS akan berusaha "membangun sesuatu yang lebih positif," dan bahwa warga Palestina atau Israel berhak "atas kesetaraan dalam kesempatan ekonomi, keamanan dan martabat yang sama."
rzn/hp (ap, rtr)