Kamis 27 May 2021 16:46 WIB

China Kritik Pernyataan Amerika tentang Asal Usul Covid-19

Komunitas intelijen belum meyakini diantara kemungkinan asal usul pandemi.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi virus corona.
Foto: Pixabay
Ilustrasi virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Kedutaan Besar Cina di Amerika Serikat (AS) mengatakan politisasi asal usul virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab infeksi penyakit COVID-19 akan menghambat penyelidikan yang dilakukan badan kesehatan dunia (WHO).

Pernyataan ini datang setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan komunitas intelijen negaranya terpecah dalam hal terkait asal usul virus corona jenis baru. Pemerintah China menegaskan akan mendukung studi komprehensif dari seluruh kasus awal COVID-18 yang ditemukan di seluruh dunia.

Baca Juga

“China mendukung penyelidikan menyeluruh terhadap beberapa pangkalan rahasia dan laboratorium biologis di seluruh dunia," ujar Kedutaan Besar China untuk AS dalam sebuah pernyataan.

Sebelumnya, Biden meminta badan intelijen AS untuk melaporkan kembali terkait penyelidikan asal usul COVID-19 dalam waktu 90 hari. Ia mengarahkan laboratorium nasional untuk membantu penyelidikan dan komunitas intelijen menyiapkan daftar pertanyaan khusus bagi Pemerintah China.

Selain itu, Biden meminta China bekerjasama dalam penyelidikan internasional mengenai asal usul pandemi COVID-19. Sebelumnya, mantan presiden AS Donald Trump meyakini teori bahwa virus corona jenis baru muncul akibat insiden di laboratorium, atau dengan kata lain tidak terjadi secara alami.

Biden mengatakan komunitas intelijen belum meyakini diantara kemungkinan asal usul pandemi. Masing-masing memiliki kepercayaan terhadap dua teori yang paling mungkin mengenai COVID-19.

“AS akan terus bekerja dengan mitra yang berpikiran sama di seluruh dunia untuk menekan Cina agar berpartisipasi dalam penyelidikan internasional berbasis bukti yang penuh, transparan, dan untuk memberikan akses ke semua data dan bukti yang relevan," jelas Biden, dilansir TVNZ, Kamis (27/5).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement