REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kekurangan air bersih di seluruh dunia menjadi masalah yang jauh lebih mematikan. Bahkan, UNICEF menyoroti hal ini berdampak besar bagi anak-anak.
Menurut laporan, akses anak-anak ke air bersih sangat terancam. Setidaknya ini terjadi di sembilan negara di mana kekerasan dan konflik cukup rentan terjadi.
Sekitar 48 juta orang diperkirakan membutuhkan layanan air bersih dan sanitasi di negara-negara seperti Irak, Libya, Palestina, pakistan, Sudan, Suriah, Ukraina, dan Yaman. UNICEF menggaris bawahi bahwa layanan air dan sanitasi aman menjadi faktor penting dalam memastikan kelangsungan hidup jutaan anak.
Studi yang dilakukan UNICED mencatat anak-anak di negara-negara yang rentan memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar meninggal karena penyakit akibat sanitasi buruk, seperti diare dibandingkan kekerasan yang terjadi secara langsung. Karena itu, akses air bersih ditegaskan sebagai sarana bertahan hidup yang tidak boleh digunakan sebagai ‘taktik perang’.
“Serangan terhadap infrastruktur air dan sanitasi adalah serangan terhadap anak-anak. Ketika aliran air berhenti, penyakit seperti kolera dan diare dapat menyebar dengan cepat, seringkali dengan akibat yang fatal,” ujar direktur program darrat UNICEF, Manuel Fontaine, dilansir News.UN, Selasa (25/5).
Fontaine mengatakan seringkali rumah sakit tidak bisa berfungsi dan angka malnutrisi meningkat di negara-negara konflik. Anak-anak seringkali harus keluar mencari air, membuat mereka, khususnya anak perempuan rentan mengalami risiko cedera dan kekerasan.
Laporan tersebut menyebut serangan yang menghancurkan terhadap infrastruktur air seperti di Ukraina Timur, di mana sekitar 3,2 juta orang membutuhkan layanan air dan sanitasi,. Setidaknya ada 380 serangan telah tercatat sejak 2017 di wilayah negara itu.
Di Palestina, telah terjadi 95 serangan terhadap 142 infrastruktur air dan sanitasi sejak 2019, Ini menyebabkan lebih dari 1,6 juta orang tidak memiliki akses ke layanan dasar tersebut.
Sementara, di Yaman telah terjadi 122 serangan udara terhadap infrastruktur air selama perang yang berlangsung di negara itu selama enam tahun terakhir. Epidemi kolera terus membuat ribuan anak sakit setiap minggu, dan sekitar 15,4 juta orang sangat membutuhkan air bersih dan sanitasi.
UNICEF menguraikan sejumlah langkah yang harus segera diambil untuk memastikan bahwa anak-anak dilindungi di zona konflik dan dijamin mendapatkan akses air yang aman dan memadai. Pihak yang berkonflik harus segera menghentikan serangan terhadap infrastruktur air dan sanitasi, serta memenuhi kewajiban untuk melindungi anak-anak yang berkonflik.
Laporan tersebut juga menyerukan kepada Negara Anggota PBB, termasuk anggota Dewan Keamanan, untuk mengambil tindakan lebih tegas untuk meminta pertanggungjawaban para pelaku serangan-serangan tersebut.