REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Delegasi Turki dan Yunani pada Kamis merampungkan pertemuan putaran keempat guna membahas langkah-langkah untuk membangun kepercayaan bilateral.
Pertemuan yang dilakukan secara virtual itu berlangsung pada 26-27 Mei, di mana kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan tentang langkah-langkah berikutnya guna membangun kepercayaan, kata Kementerian Pertahanan Turki dalam sebuah pernyataan.
Pertemuan berikutnya dijadwalkan akan diadakan di ibu kota Turki, Ankara, kata pernyataan itu.
Turki mengatakan kegiatan pengeboran hidrokarbon, sumber ketegangan antara kedua negara, di kawasan Mediterania Timur didasarkan pada hak sahnya yang berasal dari hukum internasional.
Negara itu secara konsisten membantah pengeboran sepihak oleh Siprus Yunani di Mediterania Timur, dan Turki juga mengatakan Siprus Turki juga memiliki hak atas sumber daya di wilayah tersebut.
Menyusul kudeta yang bertujuan untuk aneksasi Siprus oleh Yunani pada 1974, Turki melakukan intervensi sebagai kekuatan penjamin. Pada 1983 Republik Turki Siprus Utara (TRNC) didirikan di pulau itu.
Beberapa dekade sejak itu telah melihat beberapa upaya untuk menyelesaikan perselisihan, semuanya berakhir dengan kegagalan. Yang terbaru, yang diselenggarakan dengan partisipasi negara-negara penjamin - Turki, Yunani, dan Inggris - berakhir pada 2017 di Swiss.
Secara terpisah, para pakar dari kedua negara bertemu di provinsi Edirne barat laut Turki dan membahas hal-hal yang terkait dengan perbatasan darat antara Turki dan Yunani.
Menurut pernyataan dari Kantor Gubernur di Edirne, delegasi Turki dipimpin oleh Hakan Ozdemir, kepala Departemen Perbatasan di Kementerian Luar Negeri Turki, dan delegasi Yunani dipimpin oleh Athanasios Leousis, kepala Departemen Perbatasan di Kementerian Luar Negeri Yunani.
Selama pembicaraan tiga hari yang dimulai pada 25 Mei, kedua delegasi mengungkapkan manfaat dari saling bertukar pandangan tentang masalah bersama, sambil menekankan keinginan untuk lebih mengembangkan hubungan dan kerja sama bilateral.