REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kelompok masyarakat sipil melaporkan korban tewas sejak kudeta militer di Myanmar bertambah tiga orang menjadi 831 orang. Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) mengungkapkan dua korban asal Negara Bagian Kayah tewas pada Kamis, sementara satu korban asal Yangon dibunuh pada Rabu dan didokumentasikan pada Kamis.
Dalam laporannya pada Jumat dini hari, AAPP mencatat 4.331 orang masih ditahan, di mana 102 orang di antaranya dijatuhi hukuman. AAPP mengungkapkan pasukan junta menembak dua pemuda dari Kotapraja Demoso, Negara Bagian Kayah, hingga tewas ketika mereka membawa makanan untuk pengungsi internal atau internally displaced people (IDP) asal Karenni, pada Kamis pagi.
Menurut AAPP, seorang laki-laki yang menderita gangguan kesehatan mental juga menjadi korban tewas dari penembakan yang dilakukan junta pada 25 Mei 2021. "Soe Linn Htet, mahasiswa tahun kedua jurusan teknik sipil di Universitas Teknologi Meiktila, ditangkap di rumahnya di Kotapraja Pyawbwe, Mandalay, (Kamis) pagi ini," ungkap AAPP dalam keterangannya.
Di samping itu, AAPP melaporkan seorang reporter Kantor Berita Ayeyarwaddy Times yang berbasis di daerah Ayeyarwaddy, Aung Mya Than, ditangkap pada 25 Mei 2021 dan dipukuli saat diinterogasi.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.