REPUBLIKA.CO.ID, GUANGZHOU -- Pemerintah China menutup dan meminta warga di selatan Kota Guangzhou untuk tetap di rumah dan dites Covid-19, Sabtu (29/5). Langkah ini dilakukan setelah pihak berwenang melihat lonjakan kasus infeksi virus corona.
Guangzhou yang terletak sebelah utara Hong Kong adalah pusat industri dan bisnis yang dihuni 15 juta orang. Dalam beberapa pekan terakhir muncul 20 kasus baru infeksi virus corona.
Jumlahnya memang terbilang kecil dibandingkan ribuan kasus infeksi per hari di India. Tapi, hal itu sudah mendorong pihak berwenang Cina untuk yakin ada wabah yang perlu segera dikendalikan.
Surat kabar yang dikelola pemerintah Global Times mengutip pihak berwenang kesehatan yang mengatakan penyebaran virus 'kuat dan cepat'. Warga yang tinggal di lima jalan di Liwan District di pusat Kota Guangzhou diminta melakukan tes Covid-19.
Pasar, pusat penitipan anak, dan tempat hiburan di kota itu ditutup. Restoran juga dilarang menyediakan layanan makan di tempat.
Universitas diminta menghentikan kelas tatap muka. Masyarakat yang tinggal di empat distrik tetangga diminta membatasi pergerakan di luar ruangan.
Setiap hari China melaporkan beberapa kasus infeksi virus corona, tapi diyakini orang-orang itu tertular di luar negeri. Beijing melaporkan kasus kematian terkait virus corona di China Daratan sebanyak 4.636 dari 91.061 kasus positif.
Sabtu ini Komisi Kesehatan Nasional melaporkan dua kasus baru di Guangzhou terjadi akibat penularan di dalam negeri. Sementara, 14 kasus infeksi di daerah lain diyakini kasus dari luar negeri.
Sebagian besar kasus infeksi di Guangzhou diyakini berasal dari seorang pria berusia 75 tahun yang pada 21 Mei lalu ia didapati memiliki virus corona varian baru dari India. Sebagian besar kasus infeksi baru tinggal bersama atau mengunjungi laki-laki tersebut.