REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Menteri Luar Negeri (Menlu) Mesir Sameh Shoukry mengadakan pertemuan dengan Menlu Israel Gabi Ashkenazi di Kairo pada Ahad (30/5). Mereka membahas tentang potensi penerapan gencatan senjata permanen dengan Hamas yang mengontrol Jalur Gaza.
“Kami akan membahas pembentukan gencatan senjata permanen dengan Hamas, mekanisme memberikan bantuan kemanusiaan, dan rekonstruksi Gaza dengan peran penting yang dimainkan komunitas internasional,” kata Ashkenazi lewat akun Twitter pribadinya saat tiba di Kairo.
Menurut keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Mesir, pada kesempatan itu Shoukry menekankan perlunya Israel menahan diri dari semua praktik yang menyebabkan eskalasi, terutama di wilayah Palestina. Shoukry mengatakan Israel harus mempertimbangkan kepekaan khusus terkait Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa, dan semua situs suci Islam serta Kristen di sana.
Menurut keterangan Kedutaan Besar Israel di Kairo, Ahskenazi dan Shoukry juga akan membahas tentang pembebasan tentara serta warga Israel yang ditahan Hamas. Kunjungan Ashkenazi merupakan lawatan pertama menlu Israel ke Mesir sejak 2008.
Sementara itu, Direktur Direktorat Intelijen Mesir Abbas Kamel mengunjungi Palestina pada Ahad. "Abbas Kamel tiba hari ini di Palestina untuk berkonsultasi dengan kepemimpinan Palestina tentang perkembangan terbaru setelah agresi (Israel) baru-baru ini dan akibatnya," kata Menteri Urusan Sipil Palestina Hussein al-Sheikh lewat akun Twitter pribadinya dikutip dari laman Al Arabiya.
Menurut al-Sheikh, dalam kunjungannya Kamel pun akan membahas situasi di Yerusalem, dialog nasional Palestina, dan rekonstruksi Gaza. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi telah menjanjikan dana bantuan sebesar 500 juta dolar AS untuk membantu upaya rekonstruksi Gaza.
Pada 21 Mei lalu, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata setelah terlibat pertempuran selama 11 hari yang dimulai sejak 10 Mei. Mesir memainkan peran penting dalam proses mediasi.
Selama pertempuran berlangsung, setidaknya 279 warga Palestina, termasuk di dalamnya 69 anak-anak dan 40 wanita, gugur. Lebih dari 1.900 warga Gaza lainnya mengalami luka-luka. Sementara serangan Hamas menewaskan setidaknya 12 warga Israel.