REPUBLIKA.CO.ID, MANILA— Angkatan Bersenjata Filipina mengatakan operasi gabungan polisi dan militer berhasil menangkap sembilan anggota milisi ISIS setempat. Terjadi baku tembak singkat dalam penangkapan yang dilakukan di selatan Filipina pada Sabtu (29/5) lalu. Dua orang pemimpin milisi tersebut berhasil lolos.
Kepala Komando Militer Mindanao Barat, Letnan Jenderal Corleto Vinluan Jr, mengatakan polisi dibantu tentara dan komando angkatan laut meluncurkan penyerbuan fajar di Kota Tuburan, Provinsi Lanao del Sur. Operasi itu untuk menangkap pemimpin Daulah Islamiyah-Maute Group (DI-MG) Farahufon Hadji Satar alias Abu Omar dan Muna Kali alias Abu Dimam.
"Saat pasukan keamanan mendekati rumah sasaran untuk memberikan surat penangkapan mereka ditembak oleh tersangka sasaran dan anak buah mereka, terjadi baku tembak singkat," kata Vinluan seperti dikutip Eurasia Review Selasa (1/6). "Sasaran berhasil melarikan diri," tambah Vinluan sambil menyebutkan daftar nama tersangka yang berhasil ditangkap.
Ia mengidentifikasi mereka sebagai Camaroden Tindug (52), Sabdullah Sarip (36), Oter Macaungun (35), Asnare Alisood (20), Alisood Dima (52), Sowaib Abdullah (18), Saaduden Adapun (30), Zaenal Abdulatip (33), dan Aleem Salih Pitiilan (45). Dilaporkan tidak ada korban jiwa dari kedua belah pihak.
Pemerintah Filipina mereka berhasil menyita lima senjata api larasa panjang, satu dua senapan M-16, satu karabin, dua pistol caliber 45. Polisi juga menemukan satu bom rakit (IDE), peralatan komunikasi dan sebuah laptop.
Vinluan mengatakan saat ini para tahanan sedang diinterogasi militer. Lalu akan diserahkan kembali ke polisi. "Kami terus mengintensifkan operasi kami untuk memburu dan menggempur sisi anggota DI-MG di wilayah operasi kami," kata Vinluan.
Dia menambahkan dengan penangkapan Sabtu lalu maka dari bulan Januari militer Filipina telah menangkap 18 anggota Daulah Islamiyah. Selain 18 orang itu, dua tewas tertembak dan tujuh orang menyerahkan diri.
Daulah Islamiyah adalah ISIS cabang Filipina yang didirikan dua orang saudara yang namanya digunakan kelompok tersebut. Mereka membantu mengorganisir serangan yang mendorong Filipina dan negara-negara lain mengepung Marawi City selama lima bulan pada tahun 2017. Marawi adalah ibu kota Provinsi Lanao del Sur.
Selama penggeledahan di kota Filipina Selatan, Mautes bertindak sebagai letnan untuk keseluruhan kepala ISIS Filipina dan militan Abu Sayyaf Group Isnilon Hapilon, yang memimpin serangan ke Marawi.
Pertempuran Marawi berikutnya antara pasukan pemerintah dan militan pro-ISIS berlangsung dari 23 Mei hingga 23 Oktober 2017. Akibat pertempuran itu membuat kota menjadi runtuh dan diperkirakan 1.200 orang tewas.
Hapilon serta kedua Maute bersaudara tewas dalam pertempuran itu, tetapi beberapa militan berhasil melarikan diri dari Marawi. Mereka sekarang tersebar di selatan dan militer mengatakan mereka telah mencoba merekrut pejuang baru untuk tujuan mereka.
Sementara itu, Laksamana Muda Toribio Adaci Jr, komandan angkatan laut untuk wilayah Mindanao Barat, mengkonfirmasi pada Sabtu bahwa polisi di negara bagian Sabah, Malaysia di dekat Pulau Kalimantan telah menyerahkan delapan tersangka anggota Kelompok Abu Sayyaf ke Filipina. Pihak berwenang mendeportasi mereka ke Tawi-Tawi, sebuah provinsi di ujung selatan Filipina sehari sebelumnya.
Polisi Sabah menangkap delapan orang awal bulan ini ketika mereka menemukan mereka bersembunyi di rawa dengan delapan wanita dan 21 anak-anak. Para wanita dan anak-anak tetap dalam tahanan otoritas imigrasi Malaysia.
Sumber: eurasiareview