REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Badan pengawas nuklir PBB atau Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengaku prihatin bahwa Iran belum mengklarifikasi berbagai dugaan tentang aktivitas nuklirnya. Badan ini juga melaporkan cadangan uranium yang diperkaya Iran telah mencapai 16 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015.
Dilansir dari Alarabiya, Senin (31/5), sebuah laporan oleh IAEA mengatakan, Direktur Jenderal Rafael Grossi prihatin bahwa diskusi teknis antara badan tersebut dan Iran tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Hal ini mengacu pada pertukaran di situs dengan pejabat Iran.
Dalam laporan terpisah, badan itu mengatakan persediaan uranium yang diperkaya Iran sekitar 16 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam kesepakatan 2015 dengan kekuatan dunia. Badan ini juga memberi perkiraan timbunan 3.241 kilogram (7.145 pon), tetapi memperingatkan bahwa data itu tidak dapat memberikan gambaran total tentang nuklir di negara tersebut.
Batasan yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015 itu adalah 300 kilogram uranium dalam bentuk senyawa tertentu. Atau setara dengan 202,8 kilogram uranium.
Laporan terbaru akan dipresentasikan kepada dewan Gubernur IAEA minggu depan dan muncul saat pembicaraan sedang berlangsung di Wina tentang kemungkinan kebangkitan penuh kesepakatan 2015, termasuk kembalinya AS ke kesepakatan tersebut. Mantan Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 dan sanksi AS diberlakukan kembali pada Iran.