REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN — Sistem perawatan kesehatan di seluruh Afrika dilaporkan sangat tidak siap untuk mengatasi gelombang baru infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Hal itu terjadi, dengan pengiriman vaksin yang hampir terhenti dan jumlah kasus yang melonjak di banyak negara benua tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan banyak rumah sakit dan klinik di Afrika yang masih jauh dari siap untuk mengatasi peningkatan besar pasien sakit kritis. Secara resmi, benua itu mencatat adanya lebih dari 4,8 juta kasus Covid-19 dan 130.000 kematian akibat penyakit wabah ini.
Jumlah tersebut mewakili 2,9 persen kasus Covid-19 secara global dan 3,7 persen kematian. Survei yang dilakukan WHO pada Mei menunjukkan fasilitas dan personel kesehatan penting yang diperlukan untuk menangani pasien Covid-19 yang sakit kritis sangat tidak memadai di banyak negara Afrika.
Dari 23 negara yang disurvei, sebagian besar dilaporkan memiliki kuran dari satu tempat tidur unit perawatan intensif per 100.000 penduduk. Hanya sepertiga yang memilliki ventilator mekanik, alat yang digunakan membantu pernapasan pada pasien. Sebagai perbandingan, negara-negara seperti Jerman dan Amerika Serikat (AS) memiliki lebih dari 25 tempat tidur per 100.000 orang.
“Pengobatan adalah garis pertahanan terakhir melawan virus ini dan kami tidak bisa membiarkannya dilanggar,” ujar direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, dilansir Aljazirah, Jumat (4/5).
Moeti menekankan diperlukan peralatan yang lebih baik untuk rumah sakit dan staf medis Afrika. Dalam beberapa pekan terakhir, benua itu mengalami peningkatan kasus yang signifikant.
Salah satunya adalah Afrika Selatan yang secara resmi menjadi negara paling terdampak Covid-19 di Afrika. Negara itu telah memperketat pembatasan kesehatan dan saat ini memiliki lebih dari 1,6 juta kasus Covid-19, dengan 56.439 kematian.
Di Republik Demokratik Kongo (DRC), tepatnya di Ibu Kota Kinshasa, WHO mendeteksi kenaikan potensial dalam kasus Covid-19.Menteri Kesehatan DRC Jean-Jacques Mbungani mengatakan bahwa negara itu mengalami gelombang infeksi baru.
“Saya secara resmi mengumumkan dimulainya gelombang ketiga pandemi Covid-19 di negara kita, dengan Kinshasa sebagai episentrumnya,” kata Mbungani.