REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan gencatan senjata yang rapuh antara Israel dan Hamas masih berlangsung sejak ditengahi oleh Mesir pada 21 Mei, tetapi masa depannya tergantung pada perilaku Israel.
Berbicara kepada Anadolu Agency selama kunjungan ke ibu kota Tunisia, Tunis, juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri menekankan bahwa kelompoknya akan menghormati perjanjian gencatan senjata selama Israel juga menghormatinya.
"Jika Israel tidak mematuhi, wajar bagi kami untuk melawannya," kata Abu Zuhri tentang kesepakatan yang mengakhiri 11 hari pengeboman Israel di Jalur Gaza yang merenggut nyawa 289 warga Palestina.
Dia mencatat bahwa apa yang dicapai adalah perjanjian gencatan senjata bersama dan simultan, bukan gencatan senjata. Dia juga mengatakan perjanjian itu rapuh karena sifat alami pihak pendudukan yang kejam.
"Israel tidak menghormati kesepakatan dan melakukan serangan harian ke kota-kota Tepi Barat dan ancaman pemindahan penduduk Yerusalem masih ada,” kata Abu Zuhri.
Dia mencatat bahwa kelanjutan pelanggaran semacam itu membuat putaran konfrontasi lain mungkin terjadi.
Pada 25 Mei, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memulai perjalanan empat hari ke Israel, Palestina, Mesir, dan Yordania untuk membahas cara-cara memperkuat gencatan senjata di antara sejumlah masalah regional.
Pada Senin, kepala intelijen Mesir Abbas Kamel mengunjungi Gaza untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin Hamas Yahya Sinwar untuk membahas kemungkinan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Sehari sebelumnya, Kamel juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membicarakan gencatan senjata di Gaza dan rekonstruksi wilayah Palestina.
Abu Zuhri menyambut baik kunjungan Kamel ke Gaza dan diplomasi antar-jemputnya, dengan mengatakan bahwa itu menunjukkan minat Mesir pada perjuangan Palestina dan dukungannya untuk Palestina setelah agresi terbaru.
"Keramahan yang diterima delegasi Mesir di Gaza adalah bukti keinginan Hamas untuk membangun hubungan baik dengan Kairo," kata Abu Zuhri.
Dia menambahkan, kunjungan itu melayani kepentingan rakyat Gaza dan memperkuat hubungan bilateral antara Mesir dan Gaza.
- Rekonstruksi Gaza dan pertukaran tahanan