Sabtu 05 Jun 2021 14:55 WIB

Seorang Networker Berlin Dukung Wiraswasta Perempuan Arab

Bassant Helmi adalah salah satu networker Jerman-Arab terkenal di Timur Tengah

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Seorang Networker Berlin Dukung Wiraswasta Perempuan Arab
Seorang Networker Berlin Dukung Wiraswasta Perempuan Arab

Bassant Helmi, perempuan Mesir berusia 48 tahun yang tinggal di Berlin, adalah salah satu networker paling terkenal untuk wiraswata perempuan Arab di Jerman dan di Timur Tengah.

"Saat saya pindah ke Berlin pada tahun 2000, saya sadar bahwa ini bisa menjadi kesempatan baik untuk menggunakan posisi baru saya sebagai kepala "Berlin liaison office" dari Kamar Dagang Mesir sebagai wadah untuk turut mendukung wiraswasta perempuan di negara asal saya,” katanya kepada DW di Berlin. Kondisi profesionalnya ideal dan kontak-kontak juga sudah ada lantaran Helmi telah mengepalai Departemen Bisnis Kamar Dagang dan Industri Jerman-Arab di Kairo sebelum menikah dengan seorang warga Jerman dan pindah ke Berlin.

Helmi bukanlah sosok yang hanya sekadar bicara. Ia memiliki semangat yang sangat tinggi untuk memperbaiki kondisi bagi wiraswasta perempuan. Pada tahun 2001, ia mendirikan Asosiasi "Global Project Partners e.V”, berawal dengan 20 anggota perempuan. Sejak saat itu, asosiasi tersebut telah tumbuh menjadi dua jaringan paling penting Jerman-Arab dengan lebih dari 4.000 anggota. "Women in Business MENA” telah menjadi proyek kooperasi untuk menyokong (calon) wiraswasta prempuan di Tunisia, Mesir, Lebanon, dan Algeria sejak 2016. Pada tahun 2017 berdirilah "Digital Arabia Network” (DAN) untuk meningkatkan teknologi-teknologi utama di Timur Tengah.

Saat ini Helmi tengah sibuk mempersiapkan konferensi online Rakameya, yang diselenggarakan oleh DAN. Konferensi itu menyerupai re:publika, konferensi internet dan masyarakat digital Eropa, namun untuk Timur Tengah dan akan diselenggarakan pada 15 sampai 17 Juni 2021. Tema-tema yang akan dibahas antara lain seputar keberagaman, proteksi data, kebebasan digital, berita palsu, partisipasi warga, dan perjuangan melawan korupsi.

"Semua diselenggarakan secara online, tidak sepenuhnya karena pandemi, tapi karena itu mengizinkan kami untuk melindungi para pembicara dan partisipan kami,” jelas Helmi. "Kami sepenuhnya sadar bahwa topik-topik tersebut sangat sensitif di beberapa negara,” tambahnya.

Helmi sangat menghargai kelebihan-kelebihan dari tinggal di salah satu negara anggota Uni Eropa dan memimpikan versi Arabnya. Namun sejauh ini, terlepas dari motivasinya, dukungan dan banyak keberuntungan, membuat jaringan untuk wiraswasta perempuan Arab bukanlah perjalanan yang mudah, dan perubahan mungkin tidak akan datang secepat itu.

Karier atau anak-anak

Berdasarkan data teranyar Bank Dunia, hanya sekitar 20% tenaga kerja di Mesir adalah perempuan. "Perempuan Arab selalu aktif dalam ekonomi, tapi hambatan besarnya datang dengan perancangan keluarga,” tutur Helmi dalam bahasa Jerman tanpa aksen, yang ia pertama pelajari di taman kanak-kanak Jerman dan sekolah Jerman di Kairo.

Salah satu alasan utamanya adalah bahwa anak-anak dan karier belum dianggap sejalan. Dengan kata lain, bagi perempuan Mesir, beban tradisional antara pekerjaan, keluarga, dan keluarga besar masih ada. Ini ditegaskan oleh sebuah laporan dari American University di Kairo yang mencatat bahwa hanya ada sekitar 12.500 tempat penitipan anak di negara yang berpenduduk 101 juta jiwa itu.

Namun, Strategi Pembangunan Berkelanjutan Mesir 2030 (Sustainable Development Strategy Egypt 2030), sebuah rencana pengembangan politik yang mencatat pemberdayaan perempuan sebagai salah satu tujuan utamanya, mungkin bisa jadi sinyal positif negara tersebut.

Meski begitu, untuk Bassant Helmi, kelahiran putrinya pada tahun 2008 bukanlah alasan untuk mempertimbangkan akhir dari kariernya. "Suami saya dan saya sama-sama mengambil cuti orang tua, tapi hal seperti itu tidak ada di Mesir,” ujarnya.

Perjalanan Panjang

"Saya masih terkejut bahwa orang-orang di Mesir dan Jerman bertanya kepada saya kenapa asosiasi networking untuk perempuan dibutuhkan,” kata Helmi seraya tertawa. Pertanyaan itu biasanya selalu ditanya oleh pria.

Tetapi jawabannya jelas. Jaringan seperti itu dibutuhkan karena perempuan yang terkoneksi memiliki peluang yang lebih baik untuk mengatasi masalah terbesar dalam mendirikan sebuahbisnis: finansial. "Di Mesir, uang untuk bisnis masih berasal dari keluarga dan teman, dan baru setelah itu dari bank,” kata Helmi.

Alasan utama untuk hal tersebut adalah hubungan yang ambivalen dengan bank-bank yang diinstitusikan. Menurut data aktual dari Bank Dunia, hanya di bawah 40% dari orang-orang berusia di atas 15 tahun di Mesir memiliki sebuah rekening bank. Angka tersebut 20% lebih sedikit dari rata-rata global. Program-program pemberdayaan perempuan yang berdedikasi memang ada di Mesir, tapi masih jarang, meski kehadiran eksekutif perempuan di sektor perbankan Mesir dan dunia fintech lokal yang berkembang sangat tinggi.

Berharap pada Jerman

Proyek-proyek networking berikutnya akan membawa Helmi Bassant ke ranah yang baru dan terkenal. "Saya ingin mulai menggunakan koneksi saya untuk proyek-proyek dengan para migran perempuan berbahasa Arab di Jerman,” tuturnya pada DW. Untuk ini, ia ingin bekerja dengan para perempuan dari Timur Tengah yang telah berada di Jerman untuk satu generasi atau lebih.

"Sejauh ini, semua proyek networking saya ada di luar negeri, dan kini adalah saatnya untuk turut mendukung perempuan-perempuan Arab di sini, di Jerman,” kata Helmi.

(vv/hp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement