REPUBLIKA.CO.ID, Magawa, tikus peraih penghargaan atas kemampuannya mendeteksi ranjau di Kamboja pensiun. Kariernya selama lima tahun mengendus bahan peledak yang ditanam di dalam tanah di negara Asia Tenggara itu telah berakhir.
Hewan pengerat berusia tujuh tahun itu berasal dari Tanzania. Organisasi yang melatihnya APOPO mengatakan Magawa telah membersihkan ranjau di wilayah seluas 225 ribu hektar per kilo meter atau sekitar 42 lapangan sepak bola.
Dikutip Aljazirah Ahad (6/6) program manajer APOPO Kamboja Michael Heiman setelah 71 ranjau darat dan 38 bahan peledak tak meledak, Magawa 'sedikit lelah'.
"Yang terbaik adalah mempensiunkannya," kata Heiman.
Ia menambahkan di masa pensiunnya Magawa akan melakukan hal-hal ia sukai seperti makan kacang dan pisang. APOPO dari Belgia melatih Magawa di Tanzania untuk mendeteksi komponen peledak dengan imbalan makanan yang lezat.
Pada 2016 ia pindah ke Siem Reap pronvinsi tempat kuil legendari Angkor Wat. Di sanalah ia memulai karirnya sebagai pendeteksi bom.
September tahun lalu ia meraih penghargaan tertinggi untuk binatang yang diberikan organisasi perang veteran Inggris PDSA. Penghargaan ini mengapresiasi bakatnya yang luar biasa dalam mengungkap ranjau darat dan persenjataan yang tidak meledak
Magawa adalah tikus pertama yang menerima medali PDSA. Sekelompok anjing dan kucing pemberani serta seekor merpati pernah menerima penghargaan yang diberikan selama 77 tahun.
"Walaupun ia masih sehat tapi usianya sudah memasuki masa pensiun dan jelas mulai melambat," kata APOPO.
Magawa yang lahir pada tahun 2014 dapat menyisir lahan seluas lapangan tenis dalam waktu 30 menit. Perlu empat hari untuk mendeteksi bahan peledak di luas daerah yang sama bila menggunakan alat pendeteksi konvensional.
Ia akan memberikan tanda lalu petugas anti-ranjau melakukan penggalian. Memang banyak hewan pengerat dilatih untuk menandai aroma dan bekerja dengan baik pada tugas berulang dengan imbalan.
Namun APOPO memutuskan tikus Afrika yang paling cocok untuk mendeteksi ranjau karena ukuran mereka membuat mereka dapat mengeliling lahan luas tanpa meledakan ranjau. Usianya juga mencapai delapan tahun.
APOPO mengatakan 20 tikus untuk mendeteksi baru saja tiba di Kamboja. Tikus-tikus itu sudah menerima akreditasi untuk bekerja di ladanf ranjau.
Tapi sulit mengikuti jejak langkah Magawa. "Ia sangat luar biasa dan jelas kami akan merindukannya," kata Heiman.