REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kelompok masyarakat sipil melaporkan pasukan junta telah menewaskan 849 orang sejak kudeta militer di Myanmar pada 1 Februari 2021. Berdasarkan laporan Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP) pada Senin (7/6) dini hari, ada tambahan dua korban tewas asal Negara Bagian Shan.
Keduanya tewas pada Sabtu (5/6) dan didokumentasikan pada Ahad (6/6). Hingga 6 Juni 2021, AAPP mengungkapkan 4.674 orang masih ditahan, sebanyak 160 di antaranya dijatuhi hukuman.
AAPP melaporkan, pada Sabtu malam, pasukan junta melepaskan tembakan dari mobil mereka ke arah para laki-laki yang sedang mengendarai motornya, di Negara Bagian Shan. Akibatnya, dua laki-laki tersebut tewas tertembak serta seorang laki-laki lain dipukuli dan ditangkap.
AAPP juga melaporkan pasukan junta menangkap Kyaw Ohn, ketua Liga Nasional Demokrasi (NLD) untuk Desa Man Ywet, Kotapraja Mogaung, Negara Bagian Kachin, di rumahnya pada Sabtu siang. Menurut AAPP, penangkapan itu dilakukan pasukan junta sambil mengenakan pakaian bebas.
Sementara, Khin Maung Shwe, Ketua NLD Kotapraja Shwebo, Sagaing, dijatuhi hukuman tiga tahun penjara pada Jumat, atas dakwaan menghasut orang untuk berpartisipasi dalam gerakan anti-kudeta 22222.
Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.