REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah menarik direktur operasinya di Jalur Gaza, Matthias Schmale. Hal itu dilakukan setelah Schmale menyebut serangan terbaru Israel ke wilayah yang diblokade itu pada Mei lalu sebagai presisi.
Dilaporkan laman Middle East Monitor, Senin (7/6), juru bicara UNRWA di Yerusalem Sami Mshasha mengungkapkan, selain Schmale, pihaknya juga menarik wakil direktur operasi di Gaza. Dalam keterangannya, Mshasha mengatakan Schmale dan wakilnya dipanggil untuk membahas perkembangan terakhir di Jalur Gaza.
Untuk sementara operasi di Gaza bakal dipimpin Wakil Komisaris Jenderal UNRWA Leni Stenseth. Pekan lalu, Schmale mengomentari serangan terbaru Israel ke Gaza. Dia menyebut, cara Israel melancarkan serangan ke Gaza mengalami kemajuan pesat. "Ya, mereka tidak mengenai, dengan beberapa pengecualian, sasaran sipil. Tapi kekejaman, keganasan serangan itu sangat terasa,” ucapnya.
Schmale mengungkapkan serangan Israel menyebabkan lebih dari 60 anak Palestina di Gaza tewas. Sebanyak 19 di antaranya bersekolah di sekolah UNRWA. “Jadi saya pikir ketepatan ada di sana tetapi ada korban jiwa yang tidak dapat diterima dan tak tertahankan di pihak sipil," ujarnya.
Pernyataan Schmale dikritik keras oleh Hamas yang memimpin dan mengelola Gaza. Mereka menilai komentar Schmale menyesatkan dan berbahaya. Menurut Kementerian Perumahan Gaza, pertempuran yang berlangsung pada 10-21 Mei lalu telah menghancurkan 1.500 unit rumah.
Sebanyak 1.500 unit rumah lainnya rusak dan tak dapat diperbaiki. Sementara 17 ribu bangunan lainnya mengalami kerusakan sebagian. Seorang pejabat di Kementerian Perumahan Gaza menyebut biaya pembangunan kembali dapat mencapai 150 juta dolar AS.
Tak hanya bangunan, gempuran Israel selama 11 hari ke Gaza menyebabkan sedikitnya 270 warga di sana tewas. Sementara korban luka dilaporkan mencapai lebih dari 1.900 orang.