REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan Indonesia siap menjadi tuan rumah pembicaraan Code of Conduct (CoC) di Laut Cina Selatan (LCS). Menurut dia, kemampuan para pihak terkait mengelola LCS akan menjadi ujian bagi hubungan ASEAN-Cina.
Retno berpendapat ASEAN dan Cina harus segera melanjutkan pembahasan CoC di LCS. Dia menyebut, hingga kini, pembicaraan tentang hal itu bergerak sangat lambat. Retno berharap perundingan tersebut dapat segera selesai dengan hasil efektif dan substantif. “Dalam kaitan ini, Indonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi CoC di Jakarta dalam waktu dekat,” kata Retno dalam pengarahan pers seusai berpartisipasi dalam pertemuan khusus para menlu ASEAN dengan Menlu Cina Wang Yi yang digelar secara fisik di Chongqing, Senin (7/6).
Retno mengungkapkan Indonesia juga mendorong para pihak terkait terus mematuhi pelaksanaan Declaration of Conduct (DoC), termasuk menahan diri. “Saya mengulangi kembali, kemampuan kita mengelola LCS akan dapat memperkuat kemitraan kita yang setara, saling menguntungkan, dan sangat diperlukan bagi perdamaian serta stabilitas global. Semua harus dilakukan sesuai dengan UNCLOS 1982,” ucapnya.
Pada Agustus 2019, Cina dan ASEAN telah menyepakati suatu draf yang akan menjadi dasar negosiasi tentang CoC di LCS. Kesepakatan tercapai pada pertemuan tingkat menteri luar negeri ASEAN yang diselenggarakan di Singapura selaku ketua ASEAN kala itu.
LCS merupakan wilayah perairan strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Cina mengklaim hampir seluruh wilayah LCS sebagai bagian dari teritorialnya. Namun hal itu ditentang oleh negara-negara ASEAN. Aksi saling klaim sempat menimbulkan ketegangan dan berpotensi memicu konflik
Dalam pembicaraan dengan Wang Yi, Retno pun menyampaikan tentang isu Indo-Pasifik. Dia menekankan, dinamika geopolitik yang berkembang mengharuskan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik menjaga perdamaian dan stabilitas.
“Oleh karena itu, kita harus terus meningkatkan kebiasaan berdialog dan bukan persaingan, terus membangun kepercayaan strategis, dan bukan justru menciptakan defisit kepercayaan, serta membangun kerja sama konkret yang saling menguntungkan atau win-win dan bukan zero-sum-game, sejalan dengan ASEAN Outlook on Indo-Pasific,” kata Retno.