Selasa 08 Jun 2021 10:03 WIB

Filipina Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 dari Sinopharm

Filipina akan tambah sebanyak 15 juta dosis vaksin.

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang dokter militer bersiap untuk menyuntikkan vaksin Sinovac dari China selama vaksinasi di Fort Bonifacio, Metro Manila, Filipina pada hari Selasa, 2 Maret 2021. Filipina meluncurkan kampanye vaksinasi untuk menahan salah satu wabah virus korona terburuk di Asia Tenggara tetapi menghadapi masalah pasokan dan perlawanan publik, yang diharapkan dapat diredakan dengan menyuntik pejabat tinggi.
Foto: AP Photo/Aaron Favila
Seorang dokter militer bersiap untuk menyuntikkan vaksin Sinovac dari China selama vaksinasi di Fort Bonifacio, Metro Manila, Filipina pada hari Selasa, 2 Maret 2021. Filipina meluncurkan kampanye vaksinasi untuk menahan salah satu wabah virus korona terburuk di Asia Tenggara tetapi menghadapi masalah pasokan dan perlawanan publik, yang diharapkan dapat diredakan dengan menyuntik pejabat tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Filipina menyetujui penggunaan vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona jenis baru (Covid-19) dari Sinopharm Group Co. Ltd. Negara ini akan menambah sebanyak 15 juta dosis vaksin yang dijadwalkan tiba dalam beberapa pekan mendatang.

Vaksin Covid-19 dari Sinopharm disetujui untuk penggunaan darurat, sehingga pemerintah dapat menerima sumbangan vaksin perusahaan milik negara. Sejauh ini, negara Asia Tenggara ini telah melakukan inokulasi terhadap sekitar enam juta penduduk. Sebanyak 1,5 juta di antaranya telah menerima dosis kedua.

Baca Juga

Kepala Administrasi Makanan dan Obat-obatan Filipina, Eric Domingo mengatakan, negara telah menerima 9,3 juta dosis vaksin dan diperkirakan 11 juta akan tiba bulan ini, termasuk 4,5 juta dari Sinovac Biotech Ltd., 2,28 juta dari Pfizer Inc, dan 2 juta dari AstraZeneca Plc melalui fasilitas Covax dan 250 ribu dari Moderna Inc. "Lebih dari lima juta dosis bisa datang pada Juli dan sebanyak 17 juta pada Agustus," ujarnya. 

Filipina mulai kampanye vaksinasi sekitar 35 juta pekerja dan sedang memantau bagaimana negara-negara lain akan menginokulasi populasi muda mereka, sebagai pedoman bagi sekitar 29 juta orang di negara itu dalam kelompok usia tersebut. Vaksin diharapkan dapat meningkatkan perekonomian negara itu, yang selama 2020 mengalami rekor kontraksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement