REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengajak lebih banyak negara melarang media sosial Twitter. Ia menilai bahwa pada dasarnya jejaring sosial ini tidak mengizinkan kebebasan berbicara.
Trump pun memberi selamat kepada Nigeria yang telah resmi melarang operasi Twitter di negara itu. Pria berusia 74 tahun ini mengatakan bahwa harus lebih banyak negara melakukan langkah serupa.
“Siapakah mereka (Twitter) untuk mendikte yang baik dan jahat jika mereka sendiri jahat? Mungkin saya seharusnya melakukan ini ketika menjadi presiden,” ujar Trump dalam sebuah pernyataan, dilansir Sputnik, Rabu (9/6).
Trump mengatakan tak hanya Twitter, tapi juga Facebook yang membuat orang-orang tidak dapat berbicara dengan bebas dan terbuka. Miliarder itu bahkan mengungkapkan ingin melarang operasi dari kedua media sosial ini saat masih menjadi presiden AS. Namun saat itu pendiri Facebook Mark Zuckerberg menemuinya di Gedung Putih.
“Saya seharusnya melakukan ini ketika menjadi presiden, tapi Zuckerberg terus menelepon saya dan datang ke Gedung Putih untuk makan malam dan memberi tahu betapa hebatnya saya," jelas Trump.
Pekan lalu, Trump juga mengomentari keputusan Dewan Pengawas Facebook untuk mengganti larangan akunnya yang tidak terbatas dengan larangan dua tahun. Penangguhan pada akun resmi Trump akan berakhir pada 7 Januari 2023.
Trump menganggap keputusan itu sebagai penghinaan terhadap 75 juta orang yang menjadi pendukungnya dalam pemilihan presiden 2020.
"Lain kali, jika saya di Gedung Putih, tidak akan ada makan malam lagi dengan Mark Zuckerberg dan istrinya. Semuanya akan menjadi bisnis,” kata Trump.
Bulan lalu, Twitter juga menangguhkan akun Trump, hanya beberapa saat setelah mantan selebritas ini meluncurkan "platform komunikasi" pribadinya, yang merupakan blog pribadi.