REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji akan terus memerangi Islamofobia. Dia mengutuk serangan Islamofobia terbaru di Kanada yang menewaskan satu keluarga Muslim dan hanya tersisa anak laki-laki berusia sembilan tahun.
“Serangan terbaru di Kanada menunjukkan tingkat yang telah dicapai Islamofobia. Turki akan terus berjuang melawan Islamofobia dan membela hak-hak kaum tertindas,” kata Erdogan kepada parlemen Partai Pembangunan dan Keadilan (AK).
Erdogan mencatat umat Islam di seluruh dunia telah menjadi sasaran utama kebencian. Dia mengatakan akan membahas masalah ini pada pertemuan dengan para pemimpin dunia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO Senin pekan depan.
Pejabat Turki mengutuk keras serangan terbaru itu dan mendesak penghentian segera demonisasi Muslim. Pembunuhan itu mengirimkan reaksi mengejutkan ke seluruh wilayah Kanada. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengungkapkan kesedihannya di parlemen ketika para politisi memberikan penghormatan kepada para korban.
Meningkatnya tren Islamofobia, rasisme, dan xenofobia telah meresahkan masyarakat Turki yang tinggal di negara-negara Barat, khususnya di Eropa. Para pejabat Turki termasuk Erdogan telah sering mendesak para pembuat keputusan dan politisi Barat untuk mengambil sikap menentang rasisme dan jenis diskriminasi lainnya yang telah mengancam kehidupan jutaan orang.
Dilansir Daily Sabah pada Rabu (9/6), awal tahun ini Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Turki akan menyiapkan laporan tahunan tentang tindakan Islamofobia dan rasisme di negara lain. Bulan lalu, Erdogan menegaskan Islamofobia telah berubah menjadi salah satu instrumen yang digunakan oleh politisi Barat untuk menutupi kegagalan mereka.
Serangan rasis yang menargetkan Muslim atau imigran semakin menjadi berita utama karena supremasi kulit putih menjadi lebih efisien. Tidak ada satu pun kelompok besar yang mengatur serangan-serangan ini terhadap Muslim dan imigran. Iklim politik yang toleran dengan alasan kebebasan berbicara telah membantu simpatisan sayap kanan cenderung memperluas kekerasan demi mendapat dukungan.