REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menyambut warga Taiwan untuk datang dan mendapatkan vaksinasi Covid-19, Jumat (11/6). Beijing pun meminta Taipei menghilangkan hambatan dan mengizinkan rakyatnya menerima dosis vaksin dari negara itu yang dinilai sangat efektif.
Kantor Urusan Taiwan China mengatakan dalam sebuah pernyataan, orang Taiwan dapat datang ke China untuk divaksinasi Covid-19, asalkan mereka benar-benar mematuhi langkah-langkah pengendalian pandemi China. Lembaga ini pun mendesak Pemerintah Taiwan cepat menghilangkan hambatan untuk vaksin daratan yang dikirim ke Taiwan.
Sekitar 62 ribu orang Taiwan telah divaksinasi di China pada 31 Mei. Meskipun banyak orang Taiwan sudah tinggal dan bekerja di sana.
China mengeklaim secara demokratis memerintah Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan telah berulang kali menawarkan untuk mengirim vaksin ke pulau itu. Saat ini Taipei sedang memerangi lonjakan infeksi domestik tetapi telah menyatakan keprihatinan tentang keamanan suntikan dari Beijing dan belum mengizinkannya untuk digunakan.
Kantor Urusan Taiwan China menyatakan, dua vaksin buatan China telah diberikan otorisasi penggunaan darurat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dosis vaksin telah digunakan atau disetujui oleh lebih dari 90 negara, sehingga menunjukkan keamanan dan kemanjurannya.
Hanya tiga persen dari 23,5 juta orang Taiwan yang menerima setidaknya satu suntikan, meskipun jutaan dosis sedang dipesan. Jepang menyumbangkan 1,24 juta suntikan AstraZeneca pekan lalu dan Amerika Serikat telah menjanjikan 750 ribu dosis, yang belum tiba.
Tapi, tawaran China sepertinya tidak menarik bagi banyak orang Taiwan. Sebuah jajak pendapat oleh National Chengchi University Taipei bulan lalu menunjukkan, kebanyakan orang tidak akan mau mendapatkan vaksin China.
Seorang pejabat keamanan Taiwan yang menyelidiki kegiatan China mengatakan, tawaran vaksinasi gratis itu contoh lain dari kampanye pengaruh Beijing untuk memengaruhi opini publik di pulau itu. "Ini mungkin menarik bagi sebagian orang tetapi masalahnya tidak banyak orang yang mampu membayar biayanya," kata pejabat itu, menunjuk pada biaya dan berminggu-minggu karantina yang diperlukan untuk bepergian antara Taiwan dan China.