REPUBLIKA.CO.ID, NEWYORK -- Perusahaan farmasi Moderna belum menemukan hubungan antara vaksin Covid-19 dan kasus kondisi peradangan jantung langka. Penyakit itu dilaporkan muncul pada kelompok muda yang telah menerima suntikan vaksin.
Perusahaan biotek yang berbasis di Massachusetts mengatakan kesimpulan diambil setelah dengan cermat meninjau data keamanan yang tersedia hingga saat ini untuk Vaksin Moderna COVID-19 soal kasus miokarditis dan/atau perikarditis.
"Perusahaan akan terus memantau laporan-laporan ini dan secara aktif bekerja sama dengan pakar kesehatan masyarakat dan otoritas pengatur untuk menilai lebih lanjut masalah ini," tulis Moderna dalam sebuah pernyataan dilansir dari CNBC pada Sabtu (12/6).
Sayangnya juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat tidak segera menanggapi permintaan komentar. Panel penasihat CDC mengadakan pertemuan darurat pada 18 Juni.
Mereka membahas laporan peradangan jantung yang jarang terjadi, tetapi lebih tinggi dari perkiraan, pada anak berusia 16 hingga 24 tahun setelah menerima dosis kedua vaksin Covid-19 Pfizer atau Moderna.
Seorang pejabat CDC mengatakan pada Kamis lalu bahwa badan tersebut telah menerima laporan dari 275 kasus miokarditis atau perikarditis pada kelompok usia tersebut pada tanggal 31 Mei, lebih tinggi dari 10 hingga 102 kasus yang diperkirakan. Kondisi ini melibatkan peradangan otot jantung atau lapisan di sekitarnya.
"Kami jelas memiliki ketidakseimbangan di sana," kata Tom Shimabukuro sebagai perwakilan Kantor Keamanan Imunisasi CDC pada Kamis lalu di pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait FDA.