REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Mitra untuk inisiatif COVAX pada Minggu menyambut baik komitmen negara-negara G7 untuk berbagi setidaknya 870 juta dosis vaksin Covid-19. Namun, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih banyak dosis diperlukan dengan pengiriman yang lebih cepat.
“COVAX menyambut baik komitmen pembagian dosis untuk 870 juta dosis tambahan untuk mendukung akses yang adil ke vaksin pada 2021 dan 2022, dengan tujuan untuk memberikan setidaknya setengahnya pada akhir 2021,” kata WHO dalam sebuah pernyataan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Ghebreyesus mengatakan WHO menyambut baik pengumuman yang murah hati tentang sumbangan vaksin tersebut dan berterima kasih kepada para pemimpin.
“Banyak negara lain sekarang menghadapi lonjakan kasus – dan mereka menghadapinya tanpa vaksin. Kita berada dalam perlombaan hidup, tetapi ini bukan perlombaan yang adil, dan sebagian besar negara baru saja meninggalkan garis start," ujar dia.
COVAX adalah pilar vaksin untuk akses yang adil ke vaksin yang diselenggarakan bersama oleh Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), Aliansi Vaksin (Gavi) dan WHO, bekerja sama dengan Dana Anak-anak PBB (UNICEF).
Pada pertemuannya di Cornwall, Inggris yang berakhir pada Minggu, G7 mengumumkan komitmen 870 juta dosis vaksin, dengan tujuan memberikan setidaknya setengah dari jumlah tersebut pada akhir tahun ini.
“Kami telah mencapai tonggak sejarah yang suram dalam pandemi ini: Ada lebih banyak kematian akibat Covid-19 pada 2021 daripada tahun lalu. Tanpa tindakan segera, kehancuran ini akan terus berlanjut,” kata Henrietta Fore, direktur eksekutif UNICEF.
Githinji Gitahi, CEO Amref Health Africa, mengatakan kekurangan pasokan vaksin di Afrika saat ini berisiko memperpanjang pandemi, tidak hanya untuk jutaan orang di benua itu tetapi juga untuk seluruh dunia.