REPUBLIKA.CO.ID, MAGWAY -- Pasukan keamanan membakar sebuah desa di Myanmar tengah setelah bentrok dengan penentang junta yang berkuasa. Bentrokan itu menyebabkan sedikitnya dua orang lanjut usia terbakar hingga meninggal dunia, Rabu (16/6).
Menurut beberapa penduduk desa yang memberikan laporan, hanya sekitar 30 rumah yang tersisa dari King Ma pada Rabu. Sedangkan, sekitar 200 rumah menjadi tumpukan abu dan batu bata. Api cukup besar untuk direkam oleh sistem pelacakan api satelit NASA pada pukul 21.52 waktu setempat pada Selasa (15/6).
Penduduk desa yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan bahwa pasukan keamanan membakar setelah menghadapi lawan junta dan setidaknya dua orang meninggal akibat peristiwa itu.
Seorang sukarelawan berusia 32 tahun yang membantu pengungsi dari desa mengatakan dua orang yang meninggal adalah penduduk lanjut usia yang tidak dapat meninggalkan rumah selama kebakaran. Dia mengatakan beberapa orang kembali ke desa pada Rabu dan menemukan mayat. Sebagian besar penduduk desa tetap bersembunyi di hutan terdekat.
Televisi pemerintah Myanmar MRTV mengatakan, kebakaran tersebut terjadi di Kin Ma, sebuah desa berpenduduk sekitar 800 orang di Wilayah Magway pada Selasa. Dikabarkan kobaran api disebabkan oleh teroris dan dengan sengaja merencanakan untuk mendiskreditkan militer. Sebanyak 40 teroris membakar sebuah rumah di Kin Ma, memicu kebakaran yang menyebar ke 100 dari 225 rumah di desa itu.
Foto-foto yang diambil pada Rabu setelahnya menunjukkan kabut asap tipis di atas Kin Ma dari bara api yang membara di tanah yang menghitam. Papan kayu yang terbakar, lembaran logam, batu bata dan panci masak berserakan, dengan hanya beberapa pohon yang tersisa berdiri. Beberapa gambar menunjukkan bangkai hewan.
Kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Myanmar membakar ratusan desa pada 2017 selama serangan yang mendorong sekitar 700.000 minoritas Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Pasukan keamanan telah membantah membakar dan dalam beberapa kasus menyalahkan Rohingya yang melakukannya.