REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengakui negaranya mengalami kelangkaan pangan. Saat rapat dengan pejabat-pejabat seniornya Rabu (16/6) kemarin, Kim mengatakan situasi kelangkaan pangan saat ini semakin memburuk.
Pada Kamis (17/6), The Week melaporkan dalam rapat itu Kim mengatakan badai tahun lalu mengakibatkan banjir dan lahan pertanian tidak dapat memproduksi cukup gandum. Negara yang mengandalkan China untuk mendapatkan pasokan bahan bakar dan makanan itu menutup perbatasan mereka untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Pandemi mendorong perdagangan antara China dan Korut yang sangat diandalkan Pyongyang pun terhenti selama pandemi. Muncul laporan yang menyebutkan harga makanan meroket.
NK News melaporkan harga dua pon pisang mencapai 30 dolar AS atau sekitar Rp 431.130 dengan kurs Rp 14,376. Bulan April lalu pertama kali Kim mengisyaratkan Korut mengalami kelangkaan pangan ketika ia memberitahu para pejabat Korut untuk 'melaksanakan Arduous March' demi meringankan kesulitan rakyat meski sedikit'.
Usai Uni Soviet jatuh pada tahun 1990-an, bantuan untuk Korut dihentikan sehingga negara itu pun mengalami bencana kelaparan. Masyarakat Korut menggunakan istilah 'Arduous March' untuk menggambarkan penderitaan mereka saat itu di mana diperkirakan sekitar tiga juta rakyat Korut meninggal dunia karena kelaparan.