Jumat 18 Jun 2021 14:59 WIB

Pemilu Iran Dimulai, Siapa yang akan Jadi Presiden?

Televisi pemerintah menayangkan antrean panjang di tempat pemungutan suara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Pmimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Foto: EPA-EFE/SUPREME LEADER OFFICE HANDOUT
Pmimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei memberikan suaranya dalam pemilihan umum di Teheran pada Jumat (18/6). Hampir 60 juta pemilih yang memenuhi syarat dapat memberikan suara mereka hingga tengah malam, dan hasil pemilihan akan diumumkan pada Sabtu (19/6) siang.

Rakyat Iran mulai memberikan suara pada Jumat dalam pemilihan presiden. Partisipasi pemilih dalam pemilu kali ini diprediksi menurun karen ketidakpuasan dengan kesulitan ekonomi. Jajak pendapat resmi menunjukkan, jumlah pemilih bisa serendah 41 persen, jauh lebih rendah daripada pemilihan sebelumnya.

Baca Juga

Televisi pemerintah menayangkan antrean panjang di tempat pemungutan suara di beberapa kota. Kandidat keras Ebrahim Raisi yang merupakan sekutu dekat Khamenei diprediksi akan menggantikan Presiden Hassan Rouhani. Menurut konstitusi, Rouhani  dilarang kembali mencalonkan diri sebagai presiden, karena dia sudah menjabat selama tiga periode.

Kemenangan bagi ulama Syiah itu berpotensi mematikan kultur politik pragmatis seperti yang dilakukan Rouhani. Dia menghadapi banyak pekerjaan utama, seperti upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 dengan kekuatan Barat serta mengatasi tingginya kemiskinan akibat sanksi Amerika Serikat (AS).

Penanganan ekonomi

Para pejabat Iran sadar nasib politik mereka bergantung pada penanganan ekonomi yang terus memburuk. “Tantangan utama Raisi adalah ekonomi.  Ledakan protes tidak akan terhindarkan jika dia gagal menyembuhkan penderitaan ekonomi bangsa,” kata seorang pejabat pemerintah, dilansir Al-Arabiya.

Khamenei menyerukan kepada warga Iran untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Khamenei mengatakan, partisipasi warga dalam pemilu menjadi tulang punggung pemerintah dan memegang peranan sangat penting.

Khamenei menyerukan ajakan pemilu di tengah spekulasi bahwa jumlah pemilih akan rendah karena meningkatnya ketidakpuasan atas kesengsaraan ekonomi yang dihadapi Iran. Khamenei mengakui bahwa orang-orang yang mengalami masalah pengangguran cenderung tidak berpartisipasi dalam memberikan suara mereka.  "Melepaskan kemarahan pada pemungutan suara bukanlah pendekatan yang tepat. Anda dapat memilih seseorang yang bisa memperbaiki masalah, dan memperhatikan orang miskin," ujar Khamenei, dilansir Anadolu Agency, Kamis (17/6).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement