REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Pemerintah Australia mengubah rekomendasi usia penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca. Produk vaksin itu kini dianjurkan untuk orang yang berusia di atas 60 tahun, sedangkan sebelumnya direkomendasikan untuk orang berusia di atas 50 tahun.
Panel ahli imunisasi nasional, Kelompok Penasihat Teknis Australia untuk Imunisasi (ATAGI) memperbarui saran mereka pada Kamis (17/6). Perubahan itu di tengah kekhawatiran tentang sindrom pembekuan darah yang langka terjadi namun dampaknya bisa sangat serius.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa revisi rekomendasi berkaitan dengan adanya risiko sindrom pembekuan darah yang lebih tinggi dan tingkat keparahan yang diamati di Australia. Risiko itu terpantau besar di antara pasien berusia 50 hingga 59 tahun yang telah diberi vaksin AstraZeneca.
"Bagi mereka yang berusia 60 tahun ke atas, manfaat individu menerima vaksin Covid-19 lebih besar daripada orang yang lebih muda. Risiko keparahan Covid-19 meningkat seiring bertambahnya usia dan sangat tinggi pada individu lebih tua yang tidak divaksinasi," kata ATAGI dalam sebuah pernyataan.
AstraZeneca merupakan satu dari dua vaksin yang tersedia di Australia, serta satu-satunya yang saat ini dapat diproduksi di dalam negeri. Pasien di bawah usia 60 tahun (spesifiknya 40 sampai 59 tahun) sekarang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin Pfizer.
Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt, menyadari bahwa keputusan tersebut terbilang konservatif. Dia mengatakan pula bahwa siapapun yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca tetap harus mendapatkan dosis kedua.
"Apakah kami berada di jalur yang tepat untuk menawarkan vaksin kepada setiap warga Australia, yang memenuhi syarat, selama 2021? Jawabannya tetap, dalam saran yang kami miliki, adalah ya," ungkap Hunt, dikutip dari laman SBS, Ahad (20/6).
Sekitar 25,5 persen dari total populasi Australia yang memenuhi syarat untuk vaksinasi telah menerima suntikan. Perubahan pada rekomendasi usia vaksin pun disadari pemerintah akan membawa beberapa tantangan.
Australia menjanjikan jumlah vaksin Pfizer yang signifikan selama beberapa pekan dan bulan mendatang, tetapi pemerintah meminta warganya untuk bersabar. Sementara itu, para pakar terus mewanti-wanti agar warga negara yang sudah mendapat suntikan pertama harus menuntaskannya supaya mendapatkan manfaat optimal.
Data baru ATAGI menunjukkan bahwa untuk setiap 100 ribu dosis vaksin AstraZeneca di Australia yang diberikan kepada orang di bawah 50 tahun, terdapat 3,1 kasus kondisi pembekuan darah. Untuk orang berusia 50 hingga 59 tahun, perbandingannya 2,7 per 100 ribu dosis.
Bagi mereka yang berusia 60 hingga 69 tahun, turun menjadi 1,4 per 100 ribu dosis. Sepekan terakhir, Australia mencatat tiga kasus trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) baru dan sembilan dugaan kasus, kemungkinan terkait dengan vaksin Astra Zeneca.
Pekan lalu, perempuan 52 tahun asal New South Wales meninggal dunia setelah mengalami kasus pembekuan darah yang parah, tak lama setelah divaksin. Dia adalah orang Australia kedua yang meninggal karena komplikasi yang kemungkinan terkait dengan vaksin AstraZeneca, dari lebih dari 3,6 juta dosis yang telah diberikan ke khalayak.
Pada April, pasien perempuan lain asal New South Wales yang berusia 48 tahun meninggal dunia setelah mengalami pembekuan darah di arteri dan venanya, empat hari setelah menerima vaksin. Sejumlah kasus itu membuat kritik bermunculan dan pemerintah dituding membahayakan warga.