Ahad 20 Jun 2021 09:04 WIB

Juneteenth Jadi Pengingat Sejarah Kelam Amerika Serikat

Joe Biden menetapkan tanggal 19 Juni atau yang dikenal Juneteenth sebagai hari libur

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Presiden AS Joe Biden
Foto:

Penulis yang kini menetap di Berlin, Jerman itu menambahkan pembunuhan brutal pria kulit hitam George Floyd yang dilakukan polisi kulit putih pada 20 Mei 2020 lalu memicu gelombang unjuk rasa dan kesadaran rasial di seluruh dunia. Hal ini mendorong Juneteenth menjadi sorotan di Amerika.

Semakin banyak pihak yang mendorong agar tanggal itu menjadi hari libur federal. Kesadaran rasial beberapa bulan terakhir, kata Bonhomme tidak hanya membuat Juneteenth menjadi tanggal merah. Tapi juga mendorong banyak aktivis dan pakar mulai mendiskusikan bagaimana sejarah diajarakan.  

"Orang-orang mulai vokal menuntut diakhirnya dominasi orang kulit putih di sejarah Amerika dan merayakan dengan kasual rasialisme di negara ini. Patung-patung pemilik budak, pendukung segregasi dan kolonialis sudah dirubuhkan. Baru-baru ini Dewan Penamaan Geografi AS memilih menghapus kata 'Negro' dari 20 lokasi geografi di Texas," kata Bonhomme.  

"Nama-nama ini tidak hanya sangat kurang ajar dan ofensif bagi masyarakat kulit hitam, tetapi juga merupakan bukti bagaimana rasisme masih diukir di lanskap Texas, dan AS yang lebih luas," tambahnya.

Ia menambahkan sejak mencuatnya gerakan Black Lives Matter dan pembunuhan Floyd semakin kuat dukungan agar sejarah masyarakat kulit hitam AS juga didiskusikan dan dihormati sepatutnya. Menurutnya para aktivis tidak hanya menuntut AS mengakui warisan perbudakaan dan kerusakan psikologis, materi dan fisik yang dialami masyarakat kulit hitam AS atas rasisme yang sistematis.  

"Tapi juga ingin negara bertanggung jawab atas perampasan sistematik masyarakat kulit hitam AS sejak 1619, ketika perbudakan pertama kali tiba di Koloni Virginia," kata Bonhomme. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement