REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bertemu dengan sejumlah diplomat tinggi dan kepala organisasi internasional pada Sabtu (19/6) dalam Forum Diplomasi Antalya (ADF) di Turki selatan.
Cavusoglu memulai hari dengan pertemuan trilateral dengan partisipasi menteri luar negeri Malta dan Libya, Evaris Bartolo dan Najla Mangoush, di Antalya. Dia kemudian mengadakan pertemuan trilateral lain dengan Penjabat Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Moldova Aureliu Ciocoi.
Turki memperkuat kerjasama dengan Moldova pada semua bidang dan mendukung kerabat Gagauz-nya, kata Cavusoglu. Cavusoglu juga mengadakan pertemuan terpisah dengan ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan Abdullah Abdullah dan Menteri Luar Negeri Mohammed Haneef Atmar.
Hari-hari sibuk Cavusoglu berlanjut dengan pertemuan, yang dia gambarkan bermanfaat, dengan menteri luar negeri Malaysia, Somalia dan Tajikistan, Hishamuddin Hussein, Mohamed Abdirizak dan Sirojiddin Muhriddin.
Dia juga mengadakan tur pertemuan dengan Mathias Corman, Sekretaris Jenderal Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Menteri Luar Negeri Kenya Raychelle Omamo, dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba.
Selanjutnya, Cavusoglu bertemu dengan menteri luar negeri Polandia, Gabon dan Kamerun, Zbigniew Rau, Pacôme Moubelet Boubeya, dan Lejeune Mbella Mbella.
Dia terakhir bertemu dengan mantan menteri luar negeri Jerman dan Austria, Sigmar Gabriel dan Karin Kneissl, dan presiden ke-5 Ukraina, Petro Poroshenko.
Kemudian, Cavusoglu bertemu dengan kaum muda sebagai bagian dari Forum Pemuda ADF.
Mengomentari inisiatif Asia Anew Turki, dia berkata: “Asia sekali lagi menjadi pusat kekuatan ekonomi di dunia. Keseimbangan ekonomi bergeser dengan cepat ke arah Asia”.
Cavusoglu mengatakan Turki tidak dapat melihat solidaritas yang diharapkan dari NATO dari waktu ke waktu meskipun faktanya Turki adalah salah satu negara yang paling banyak memberikan kontribusi kepada aliansi militer itu.
Dia mengatakan Turki saat ini memiliki hubungan baik dengan Rusia. “Sama seperti negara-negara lain dalam NATO, kami juga mengembangkan hubungan diplomatik dengan negara lain.”
“Negara-negara seperti kita, yang tidak hanya merupakan aktor regional tetapi juga global, harus menjaga hubungan baik dengan berbagai negara pada saat yang bersamaan. Yang satu tidak boleh dilihat sebagai alternatif dari yang lain. Yang penting prinsip dan transparan,” ujar dia.
Diplomat top Turki itu menekankan bahwa negara-negara dari berbagai belahan dunia ingin meningkatkan hubungan ekonomi dengan Turki. Negara-negara sangat mementingkan potensi ekonomi Turki berkat peluang yang ditawarkan oleh regionalisasi, Cavusoglu mencatat.
Forum Diplomasi Antalya berlangsung tiga hari, dengan Anadolu Agency sebagai mitra komunikasi globalnya, menampung sepuluh kepala negara dan pemerintahan, 42 menteri luar negeri, tiga mantan kepala negara dan pemerintahan, dan lebih dari 50 perwakilan organisasi internasional atau mantan pejabat pemerintah, menurut Kementerian Luar Negeri Turki.
Debat kepentingan global dianalisis secara mendalam selama forum, termasuk Balkan, masa depan Eropa, hubungan trans-Atlantik, pengungsi dan migran, dan ancaman terorisme.
* Zehra Nur Duz berkontribusi dari Ankara.