REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para pemimpin Uni Eropa akan membahas dukungan finansial untuk para pengungsi di Turki pada pertemuan puncak mereka yang akan datang. Hal itu dikatakan seorang pejabat Uni Eropa pada Selasa (22/6).
"Presiden [Komisi Eropa] akan berbicara dengan mitranya di Dewan Eropa tentang hasil kerja kami dalam hubungan dengan Turki," kata Dana Spinant, wakil kepala juru bicara Komisi Eropa, kepada wartawan.
Dia mengatakan para pemimpin Uni Eropa mengundang Komisi Eropa pada Maret untuk menyiapkan proposal yang mendefinisikan kembali hubungan antara blok tersebut dengan Turki.
Ursula von der Leyen, kepala badan eksekutif Uni Eropa, akan memberikan pengarahan kepada para pemimpin Uni Eropa tentang perkembangan proses pada KTT Uni Eropa dua hari yang dimulai pada Kamis besok.
“Diskusi juga akan mencakup dukungan untuk migrasi, pengungsi yang ditampung Turki, serta masalah lainnya,” tambah Spinant.
Untuk mempersiapkan KTT, von der Leyen telah berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melalui telepon pada Senin. Dalam sebuah posting media sosial, dia menyebut percakapan dia dengan Erdogan berlangsung baik.
Von der Leyen menjelaskan bahwa mereka telah membahas hubungan Uni Eropa-Turki, Covid-19, Serikat Dagang dan Pabean, situasi di Mediterania Timur, migrasi dan perkembangan di Afganistan.
Turki menampung hampir 4 juta pengungsi, lebih banyak dari negara lain mana pun di dunia. Negara ini telah menjadi titik transit utama bagi pencari suaka yang ingin menyeberang ke Eropa untuk memulai kehidupan baru, terutama mereka yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan.
Di bawah kesepakatan pengungsi Maret 2016, Uni Eropa mengalokasikan 6 miliar euro (7,2 miliar dolar AS) untuk mendukung migran Suriah di Turki, tetapi Turki mengeluh bahwa dana tersebut dialokasikan terlambat dan hanya diberikan sebagian.