REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komunitas intelijen Amerika Serikat pekan lalu menyimpulkan bahwa pemerintah Afghanistan akan jatuh ke tangan Taliban hanya enam bulan setelah AS menyelesaikan penarikan pasukan.

Laporan eksklusif oleh Wall Street Journal dirilis setelah militer Amerika mengatakan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan sudah berjalan lebih dari 50 persen hingga tenggat waktu 11 September.

Pasukan pemerintah Afghanistan saat ini terlibat dalam pertempuran sengit dengan Taliban di Kota Kunduz setelah kelompok itu menduduki perbatasan utama dengan Tajikistan. Pertempuran sengit juga berlangsung di pinggiran Mazar-i-Sharif, kota terbesar keempat di Afghanistan.

Dalam sepekan terakhir, beberapa penyerahan pasukan Afghanistan kepada Taliban tampak dalam foto dan video yang beredar di media sosial, yang menunjukkan bahwa pejuang kelompok ekstremis telah menyita perangkat keras dan kendaraan militer.

Seiring perkembangan itu, komunitas intelijen mengubah penilaian sebelumnya bahwa pemerintah Afghanistan akan bertahan selama dua tahun, menjadi antara enam bulan hingga satu tahun saja.

Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, meremehkan perkembangan Taliban, dengan mengatakan hanya ada 81 dari 419 distrik yang berada di bawah kendali Taliban.

"Tidak ada ibu kota provinsi yang berada di bawah kendali Taliban. Memang benar bahwa Taliban membidik dan menjarah pos-pos, hingga menduduki beberapa pusat distrik. Namun, hanya 81 yang mereka kuasai," kata dia pada Rabu.

Milley juga menegaskan bahwa militer terus memantau perkembangannya. Biden akan bertemu dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Jumat di Gedung Putih untuk membahas situasi tersebut.

Ikuti Whatsapp Channel Republika