REPUBLIKA.CO.ID, Duta Besar Libya untuk PBB Taher Al-Sunni pada Kamis mengatakan bahwa krisis di negaranya sedang dimanipulasi oleh kekuatan internasional untuk menyelesaikan masalah lainnya. Persoalan itu tak terkait dengan Libya.
“Krisis kami adalah kartu yang mereka [kekuatan global] manipulasi untuk menyelesaikan masalah lain yang tidak menjadi perhatian kami,” kata Al-Sunni di Twitter sehari setelah konferensi Berlin kedua soal Libya.
Mengakui pentingnya “konsensus internasional” untuk menyelesaikan krisis Libya yang disebabkan oleh “intervensi [eksternal] berturut-turut sejak 2011,” Al-Sunni mengatakan bahwa menyelesaikan krisis di Libya bukan prioritas bagi kekuatan global itu. Pada 2011, Libya terjerumus ke dalam perang saudara menyusul pemberontakan bersenjata yang menggulingkan Muammar Gaddafi.
Al-Sunni meminta para pemimpin Libya untuk mengimbau rakyat membebaskan negara kaya minyak itu dari genggaman kekuatan global. “Jika kita ingin membebaskan negara kita dan memulihkan kedaulatan kita, kita harus mengimbau rakyat untuk memutuskan nasib mereka sendiri,” kata Al-Sunni.
Konferensi Libya kedua yang diselenggarakan oleh Jerman ditutup pada Rabu di Berlin. Konferensi tersebut membahas proses politik Libya, pemilihan nasional yang dijadwalkan pada 24 Desember, dan penarikan semua pasukan asing dan tentara bayaran dari negara itu dengan partisipasi aktor internasional, termasuk Turki.
Diselenggarakan di bawah naungan PBB dan Jerman, pertemuan tersebut dihadiri oleh kepala Dewan Presiden Libya Mohammed al-Menfi, dan Perdana Menteri Abdul Hamid Dbeibeh, Utusan Khusus PBB untuk Libya Jan Kubis, dan menteri luar negeri negara-negara peserta.
Libya mengalami perkembangan positif menyusul terobosan di mana pihak-pihak yang bersaing menyetujui pada 5 Februari tentang otoritas eksekutif baru yang bersatu yang akan memerintah Libya menjelang pemilihan nasional pada 24 Desember.