Senin 28 Jun 2021 18:17 WIB

Joe Biden dan Reuven Rivlin Bahas Kesepakatan Nuklir Iran

Presiden Biden dan Presiden Rivlin membahas kesepakatan nuklir Iran

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Presiden Joe Biden. Ilustrasi.
Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden Joe Biden. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dijadwalkan bertemu dengan Presiden Israel Reuven Rivlin, di Gedung Putih pada Senin (28/6) waktu setempat. Keduanya akan membicarakan tentang upaya AS untuk kembali bergabung dengan kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) dan pembentukan pemerintah baru Israel.

Pertemuan Biden dan Rivlin berlangsung beberapa pekan setelah Naftali Bennett menggantikan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri. Pejabat AS sedang mempersiapkan pertemuan antara Biden dan Bennett dalam beberapa pekan mendatang.

Baca Juga

Pertemuan Biden dengan Rivlin terjadi di tengah kekhawatiran di Israel terkait upaya AS untuk kembali bergabung dengan JCPOA. Menurut Israel, dimulainya kembali perjanjian tersebut dapat memungkinkan Teheran untuk memperoleh senjata atom.

Sebuah sumber yang mengetahui pertemuan Biden-Rivlin mengatakan, Biden diperkirakan akan memberi tahu Rivlin bahwa Amerika Serikat dan Israel memiliki tujuan yang sama yaitu Iran tidak diizinkan untuk mengembangkan senjata nuklir. Biden akan menekankan dukungan AS bagi Israel yang memiliki hak untuk mempertahankan diri.

Kedua pemimpin juga akan membahas perang 11 hari antara pasukan Israel dan kelompok Hamas di Gaza. Amerika Serikat telah berjanji untuk memasok kembali sistem pertahanan Iron Dome Israel yang selama ini digunakan untuk menangkis tembakan roket dari Gaza.

Rivlin akan lengser pada 7 Juli setelah menjalani masa jabatan selama tujuh tahun. Posisi Rivlin sebagai presiden Israel akan digantikan oleh Ketua Badan Yahudi, Isaac Herzog.

Rivlin berada di AS dalam rangkaian kunjungan luar negeri terakhirnya sebagai presiden. Dia akan bertemu dengan pejabat di PBB di New York dan anggota parlemen kongres di Washington.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement