REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak pada Senin (28/6) mengecam serangan udara Amerika Serikat terhadap milisi Hashd al-Shaabi di perbatasan Irak-Suriah, menegaskan bahwa serangan itu melanggar kedaulatan Irak.
Kecaman itu disampaikan melalui pernyataan tertulis Yahya Rasul, juru bicara militer Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi.
"Kami mengutuk dan menolak serangan AS di perbatasan Irak-Suriah tadi malam. Ini adalah pelanggaran yang terang-terangan dan tidak dapat diterima terhadap kedaulatan Irak dan keamanan nasional di bawah semua perjanjian internasional," ujar dia.
Sebelumnya, Kataib Sayyid al-Shuhada, sebuah faksi Hashd al-Shaabi, mengatakan bahwa empat anggota pasukan tewas akibat serangan udara AS. Faksi tersebut mengancam akan melakukan perang terbuka dengan pendudukan Amerika.
Sebuah sumber militer Irak mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa serangan udara AS menargetkan situs-situs di mana para pejuang Kataib Sayyid al-Shuhada ditempatkan di perbatasan Irak-Suriah.
Sumber tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk berbicara dengan media, mengatakan serangan itu menyebabkan kematian empat anggota dan melukai tiga lainnya.
Sebelumnya, AS mengumumkan bahwa militer meluncurkan serangan udara ke fasilitas yang digunakan oleh kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran di wilayah perbatasan Irak-Suriah.
"Seperti yang ditunjukkan oleh serangan malam ini, Presiden Biden telah jelas bahwa dia akan bertindak untuk melindungi personel AS. Mengingat serangkaian serangan yang sedang berlangsung oleh kelompok-kelompok yang didukung Iran yang menargetkan kepentingan AS di Irak, Presiden mengarahkan tindakan militer lebih lanjut untuk mengganggu dan mencegah serangan semacam itu," kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby.
Situs militer yang menampung pasukan AS serta Kedutaan Besar AS di Baghdad baru-baru ini diserang oleh roket. Washington menuduh faksi-faksi bersenjata Syiah yang terkait dengan Iran bertanggung jawab atas serangan tersebut.