Kelompok lobi petani telah mengecam kebijakan Pemerintah Australia karena mengubah syarat perpanjangan visa WHV (working holiday visa) yang sebelumnya mewajibkan mereka bekerja di wilayah regional.
Kini tanpa harus menyelesaikan pekerjaan di sektor pertanian, pemegang visa jenis WHV di sektor pariwisata, 'hospitality', di kawasan regional, terpencil, atau kawasan utara Australia juga bisa dipertimbangkan untuk mengikuti program WHV tahun kedua dan ketiga.
Pemerintah Australia mengatakan opsi tersebut akan tersedia bagi mereka yang melamar mulai Maret 2022, tapi akan mempertimbangkan pekerjaan yang sudah dilakukan di area tersebut sejak 22 Juni 2021.
Penghapusan kewajiban kerja di pertanian ini dinilai mengancam sektor pertanian Australia yang kini mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja.
Kelompok lobi petani Growcom menyebut perubahan ini sebagai "perceraian dengan dunia pertanian".
Manajer Growcom, Richard Shannon, mengatakan tidak ada satu pun lembaga pertanian, termasuk Federasi Petani Nasional, yang diberitahu mengenai perubahan peraturan imigrasi ini.
"Kami baru mengetahuinya pada 29 Juni, seminggu setelah Menteri [Alex] Hawke membuat keputusan," kata Shannon.
Sebelumnya, pemegang WHV atau dikenal sebagai 'backpacker' harus pindah bekerja di sektor tertentu di wilayah regional minimal 88 hari bila ingin memperpanjang visa mereka.
Menurut informasi dari website Departemen Imigrasi Australia, ada dua jenis WHV, yaitu Working Holiday (subclass 417) dan Work and Holiday (subclass 462).
Keduanya hanya berlaku 12 bulan.
Tak hanya itu, para 'backpacker' ini hanya boleh bekerja selama 6 bulan pada satu pekerjaan. Ada syarat yang ketat bila ingin bekerja lebih dari 6 bulan pada satu tempat kerja.
Sebelum masa berlaku visanya habis, pemegang WHV diwajibkan pergi ke wilayah regional bila mereka ingin memperpanjang izin tinggal dan kerja di Australia.
Departemen Imigrasi Australia menyebutkan jenis pekerja di pedalaman yang memenuhi syarat perpanjangan visa meliputi pengolahan tanaman dan hewan, penanaman dan perawatan pohon, perikanan, pertambangan, konstruksi, serta kerja 'volunteer' baik dibayar rendah atau tidak sama sekali.
Tenaga kerja pemetik dan pengepakan diperlukan
Di Queensland, penghasil sebagian besar buah dan sayuran musim dingin saat ini, pemerintahnya memperkirakan ada kebutuhan 4.000 hingga 9.000 pekerja di musim panen.
Pekerja pemegang WHV yang berada di Australia saat ini tidak sampai 40.000 orang, anjlok dari jumlah biasanya yang mencapai 150.000 orang.
Diperkirakan sekitar tiga perempat tenaga kerja pertanian merupakan pekerja 'backpacker', sehingga Shannon mengatakan perubahan itu akan memperburuk keadaan.
Federasi Petani Nasional (NFF) juga mengkritik langkah tersebut karena kemungkinan akan mengurangi tenaga kerja yang tersedia, terutama bagi petani di wilayah utara dan daerah terpencil.
Ketua NFF, Tony Mahar mengatakan perubahan itu terutama akan merugikan industri peternakan sapi di wilayah utara, yang selama ini mempekerjakan para 'backpacker'.
Dia mengatakan langkah itu telah membatalkan hubungan positif setelah pengumuman visa pertanian baru.
"Keputusan terakhir ini membuat frustrasi para petani karena sepertinya Pemerintah mencoba memberi dengan satu tangan dan menerima dengan tangan yang lain," kata Tony.
Asosiasi Petani Wilayah Utara mengaku kaget dengan "langkah pemerintah federal untuk melemahkan kemampuan industri pertanian mengamankan pekerja pertanian".
"Keputusan [Menteri Imigrasi] Alex Hawke merupakan pukulan telak bagi industri yang sudah kesulitan mencari tenaga kerja akibat penutupan perbatasan dan kekurangan pekerja nasional," kata ketua asosiasi, Paul Burke.
Menteri Alex telah dihubungi untuk dimintai komentar.
Tenaga kerja lokal masuk
Di daerah pertanian Townsville, manajer perkebunan nanas, labu dan melon, Rian Pace, mengatakan sektor ini memiliki banyak hal untuk ditawarkan kepada para 'backpacker' yang ingin mendapatkan perpanjangan visa.
“Perubahan kebijakan selalu menjadi perhatian, tapi kami yakin dengan apa yang dapat kami tawarkan kepada 'backpacker', yaitu 88 hari kerja berturut-turut untuk menyelesaikan pekerjaan mereka,” kata Rian.
"Untuk perhotelan atau pariwisata, saya tidak tahu apakah mereka memiliki kontinuitas pekerjaan seperti itu," tambahnya.
Perkebunan ini melakukan perubahan signifikan pada tenaga kerjanya selama beberapa bulan terakhir, dengan memasukkan lebih banyak pekerja lokal.
"Akibat kekurangan backpacker, kami telah melakukan perubahan," ujar Rian.
"Masalahnya warga setempat tadinya tidak begitu mencari pekerjaan tapi tampaknya kini telah berubah," katanya.
"Sebelum COVID, proporsinya 60/40 pekerja backpacker dan lokal. Sekarang 80 persen pekerja lokal, 20 persen backpacker," jelasnya.
Ia mengaku tidak tahu pasti alasan meningkatnya pekerja lokal saat ini, namun memperkirakan berakhirnya tunjangan JobKeeper turut berpengaruh.
Rian mengatakan bila nanti perbatasan dibuka kembali, para pekerja 'backpacker' akan kembali masuk dan berkompetisi mendapatkan pekerjaan di berbagai industri.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.