REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tim penyelamat Jepang menyisir rumah-rumah yang hancur dan jalan yang terkubur pada Senin (5/7). Proses pencarian hingga 100 orang yang menghilang dipercepat setelah dua hari peristiwa tanah longsor mengoyak kota dan bahaya cuaca buruk berikutnya.
"Kami ingin menyelamatkan sebanyak mungkin korban ... yang terkubur di puing-puing sesegera mungkin," kata Perdana Menteri Yoshihide Suga.
Suga mengatakan bahwa polisi, petugas pemadam kebakaran, dan anggota militer memberikan segalanya untuk melakukan pencarian dari orang-orang yang masih menghilang. Juru bicara pemerintahan Hiroki Onuma menyatakan sebanyak 113 orang diyakini hilang.
"Kami berhubungan dengan berbagai kelompok dan mendorong pencarian," kata Onuma.
Selama akhir pekan sekitar 20 orang dikabarkan belum ditemukan. Namun, jumlahnya meningkat tajam pada Senin, ketika para pejabat mulai bekerja dari data perumahan daripada panggilan telepon dari orang-orang yang tidak dapat menjangkau anggota keluarga. Sedangkan, korban meninggal dunia berjumlah tiga orang di kota tepi laut Atami berjarak 90 km dari Tokyo.
Bencana itu datang setelah hujan lebat pada akhir pekan memicu serangkaian tanah longsor yang menyebabkan banjir lumpur dan batu mengoyak jalan-jalan di salah satu bagian kota itu pada Sabtu (3/7). Di beberapa tempat, curah hujan lebih dari biasanya pada bulan Juli hanya dalam 24 jam.