REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengawas Reporters Without Borders (Wartawan Tanpa Batas) telah menempatkan Perdana Menteri Hungaria Victor Orban dalam daftar predator. Hal ini pertama kalinya seorang pemimpin Eropa Barat ditempatkan dalam jajaran kepala negara atau pemerintahan yang menindak secara besar-besaran kebebasan pers.
Associated Press pada Senin (5/7) menyebut daftar yang diterbitkan mencakup 37 pemimpin. Dua wanita yakni perdana menteri Bangladesh dan kepala administrasi Hong Kong juga ditambahkan ke daftar serta Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Ini adalah pertama kalinya dalam lima tahun organisai yang dikenal dengan inisial RSF telah menerbitkan daftar predator kebebasan persnya.
Laporan itu mengatakan Orban telah secara mantap dan efektif merusak pluralisme dan independensi media sejak kembali berkuasa pada 2010 dengan menggunakan berbagai teknik pemangsa.
"Metodenya mungkin halus atau kurang ajar tetapi selalu efisien. Kontrol lebih dari 80 persen media melalui pembelian oleh oligarki yang dekat dengan partai Fidesz yang berkuasa di Hungaria. Media swasta di Hungaria didiskriminasi dalam akses ke informasi dan iklan pemerintah dan direndahkan sebagai pemasok berita palsu,” demikian bunyi laporan tersebut.
Hal ini membuat juru bicara pemerintah Hungaria Zoltan Kovacs mengecam RSF yang berbasis di Prancis. Kovacs mengatakan mereka harus disebut Berita Palsu Tanpa Batas. "Laporan itu adalah bagian dari gelombang serangan terbaru terhadap Hungaria," kata dia.
Laporan RSF juga menjelaskan metode represifnya termasuk mata-mata dan ancaman yang terkadang menyebabkan penculikan, penyiksaan dan tindakan tidak terpikirkan lainnya. Pembunuhan mengerikan Jamal Khashoggi mengungkap metode pemangsa yang benar-benar biadab.
"Khashoggi adalah seorang jurnalis Saudi yang mengunjungi konsulat kerajaan di Istanbul untuk mendapatkan dokumen untuk menikah dan dibunuh secara brutal di dalamnya pada 2018," kata laporan tersebut.
Selain itu, nama wanita juga muncul di daftar predator pers. Salah satunya Carrie Lam. Kepala Eksekutif Daerah Administratif Khusus Hong Kong itu telah terbukti menjadi boneka Presiden China Xi Jinping dan sekarang secara terbuka mendukung kebijakan predatornya terhadap media.
Tindakan Lam terbaru adalah menutup surat kabar independen terkemuka Hong Kong, Apple Daily, dan memenjarakan pendirinya, Jimmy Lai. Carrie bergabung dalam daftar predator bersama Sheikh Hasina, perdana menteri Bangladesh sejak 2009.
"Kami tidak boleh membiarkan metode mereka menjadi normal dan baru,” kata laporan itu.