Jumat 09 Jul 2021 11:31 WIB

Komandan Veteran Tajik Bantu Tentara Afghan Lawan Taliban

Sang komandan akan merebut kembali sebagian wilayah barat Afghanistan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Seorang pejabat keamanan Afghanistan yang memegang peluncur granat berpeluncur roket (RPG) berpatroli di sebuah desa setelah mereka membersihkan daerah gerilyawan Taliban di distrik Achin di provinsi Nangarhar, Afghanistan, 31 Mei 2021 (dikeluarkan 01 Juni 2021).
Foto: EPA-EFE/GHULAMULLAH HABIBI
Seorang pejabat keamanan Afghanistan yang memegang peluncur granat berpeluncur roket (RPG) berpatroli di sebuah desa setelah mereka membersihkan daerah gerilyawan Taliban di distrik Achin di provinsi Nangarhar, Afghanistan, 31 Mei 2021 (dikeluarkan 01 Juni 2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Seorang pejabat Afghanistan mengatakan, komandan milisi anti-Taliban akan membantu pasukan Afghanistan dalam menghadapi kelompok tersebut. Sang komandan akan membantu merebut kembali sebagian wilayah barat Afghanistan termasuk perbatasan dengan Iran.

Taliban merebut distrik penting di Provinsi Herat yang dihuni puluhan ribu masyarakat minoritas Syiah Hazaras pada Kamis (8/7) kemarin. Kelompok garis keras Suni tersebut ingin mengusir pasukan Afghanistan di sana dan mengusai kota-kota perbatasan dan rute dagang penting.

Baca Juga

Sang komandan diketahui sebagi Mohammad Ismail Khan. Ia mantan menteri dan penyintas serangan Taliban tahun 2009. Khan merupaan bekas anggota penting Aliansi Utara, milisi bersenjata yang membantu pasukan AS menggulingkan Taliban tahun 2001.

Pada Jumat (9/7) seorang pejabat Afghanistan mengatakan komandan veteran Tajik, Ismail Khan yang dikenal sebagai Singa dari Herat, dijadwalkan akan menggelar rapat untuk mempersiapkan serangannya melawan Taliban. Ia akan mempertahankan kekuasaannya di Herat.

Pejabat itu menambahkan beberapa komandan anti-Taliban juga membantu pasukan Afghanistan yang kewalahan melawan Taliban di perbatasan Barat dan Utara.

Pemerintah Afghanistan dan Taliban belum mengungkapkan detail tentang pertempuran di Herat.

Anggota politik Taliban mengunjungi Moskow untuk memastikan komitmen mereka pada pemerintah Rusia untuk mengizinkan kedutaan asing dan organisasi kemanusia beroperasi di Afghanistan. Walaupun pasukan asing sudah meninggalkan negara itu.

"Saat ini semua perbatasan yang dikuasai IEA (Emirat Islam Afghanistan) akan tetap terbuka dan berfungsi, kami pastikan semuanya, kami tidak akan mengincar diplomat, kedutaan atau konsulat, organisasi non-profit dan staf mereka," cicit juru bicara Taliban Suhail Shaheen.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mempertahankan keputusannya untuk menarik pasukan AS dari Afghanistan meski sebagian besar negara itu kembali dikuasai Taliban. Ia mengatakan rakyat Afghanistan sendiri yang harus menentukan masa depannya dan tidak akan menyerahkan generasi AS selanjutnya perang yang sudah berlangsung 20 tahun. Biden memutuskan akan menarik pasukan AS pada 31 Agustus mendatang. Masih ada 650 pasukan yang berada di Kabul untuk menjaga kedutaan besar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement