REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA - Pihak berwenang Haiti pada Sabtu mengungkapkan Presiden Jovenel Moise disiksa oleh para pembunuh sebelum dibunuh. Moise disiksa di kamar tidurnya, putrinya melarikan diri, sementara putra dan stafnya dibungkam secara paksa.
Pernyataan itu disampaikan Carl Henry Destin, salah satu hakim yang melakukan penyelidikan, kepada surat kabar Haiti, Le Nouveliste. Berdasarkan hasil autopsi, Destin mengatakan Moise mengalami patah tulang di lengan dan kaki kanannya.
Kelompok yang membunuh Moise termasuk dua orang warga Amerika Serikat dan 26 orang Kolombia, menurut kepala Kepolisian Nasional Haitain, Leon Charles dalam konferensi pers pada Kamis. Para pejabat mengatakan sebelumnya bahwa empat tersangka telah tewas.
Warga Amerika telah diidentifikasi sebagai Joseph Vincent dan James Solages -- keduanya keturunan Haiti. Duta Besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond menggambarkan orang-orang itu sebagai "profesional terlatih, pembunuh, terkomando".
Menteri Pertahanan Kolombia Diego Molano mengatakan pada hari bahwa para tersangka adalah mantan anggota tentara. Peristiwa baru-baru ini telah menjerumuskan Haitu ke dalam krisis kepemimpinan.
Moise, 53, menjabat pada 2017 setelah memenangkan pemilu. Setelah gagal menyelenggarakan pemilu, pihak oposisi menuntut dia mundur.
Sehari sebelum kematiannya, Moise menunjuk perdana menteri baru yang akan menjabat minggu ini. Haiti dijadwalkan mengadakan pemilihan presiden dan legislatif pada 26 September.