REPUBLIKA.CO.ID, DAKHA – Pemilik pabrik pengolahan makanan di Bangladesh ditangkap polisi atas tuduhan melakukan pembunuhan, Sabtu (10/7). Penangkapan itu terkait kasus kebakaran pabrik yang menewaskan 52 pekerja yang terjebak di dalam gedung.
Dilansir dari Reuters, menurut keterangan pihak kepolisian, pabrik yang berada di luar Ibu Kota Dakha itu dibangun tanpa izin. Pabrik itu disebut tidak memiliki pintu keluar darurat dan tidak memiliki langkah-langkah keamanan yang memadai.
Beberapa pekerja berhasil menaiki atap dan diselamatkan setelah bangunan terbakar pada Kamis (8/7), tetapi banyak yang tidak dapat melarikan diri. Polisi menyebut, salah satu pintu yang mengarah dari tangga ke atap terkunci.
Pabrik yang terbakar merupakan perusahaan swasta Hashem Food and Beverage, anak perusahaan Sajee Group yang juga dimiliki pria yang ditangkap polisi.
Namun, polisi tidak menyebutkan identitas pria tersebut. Pihak Hashem dan Sajeeb belum memberi pernyataan terkait penangkapan tersebut.
Dalam kasus kebakaran nahas tersebut, empat putra pemilik pabrik dan tiga pejabat perusahaan turut ditangkap. Insiden kebakaran yang hebat di pabrik yang menjadi tempat penyimpanan bahan kimia dan bahan mudah terbakar itu membuat petugas pemadam kebakaran tidak dapat memadamkan api sampai Jumat malam. Sementara penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan.
Kepala polisi Distrik Dakha, Jayedul Alam, mengatakan pihaknya melakukan penyelidikan terpisah terkait tuduhan bahwa pabrik tersebut mempekerjakan anak-anak berusia 11 tahun.
Kebakaran menewaskan ratusan orang per tahun di Bangladesh, dimana beberapa bangunan memiliki standar keamanan yang buruk, menurut pakar keselamatan dan kelompok hak asasi manusia.
Pejabat pemerintah menjanjikan standar keselamatan yang lebih baik setelah runtuhnya gedung pabrik garmen Rana Plaza tahun 2013 di Dhaka yang menewaskan lebih dari 1.000 pekerja dan melukai ratusan lainnya.