Senin 12 Jul 2021 15:14 WIB

Pfizer dan Pejabat AS Pertimbangkan Vaksin Dosis Ketiga

Pfizer menegaskan suntikan ketiga atau booster akan diperlukan dalam waktu 12 bulan

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Botol vaksin Pfizer-BioNTech. Pfizer menegaskan suntikan ketiga atau booster akan diperlukan dalam waktu 12 bulan. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/IGOR KUPLJENIK
Botol vaksin Pfizer-BioNTech. Pfizer menegaskan suntikan ketiga atau booster akan diperlukan dalam waktu 12 bulan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Pfizer berencana bertemu dengan pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) untuk meminta izin mempertimbangkan vaksin dosis ketiga. Pfizer mengatakan pihaknya dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan Food and Drug Administration (FDA) dan pejabat lainnya pada Senin (12/7) waktu Amerika.

Pertemuan ini direncanakan beberapa hari setelah Pfizer menegaskan suntikan ketiga atau booster (penguat) akan diperlukan dalam waktu 12 bulan. Mikael Dolsten dari Pfizer mengatakan data awal dari studi booster perusahaan menunjukkan tingkat antibodi orang melonjak lima hingga 10 kali lipat setelah dosis ketiga. Penelitian itu terdeteksi dibandingkan dengan dosis kedua bulan sebelumnya sehingga bukti ini diyakini mendukung perlunya penguat.

Baca Juga

Sebelumnya, penasihat medis di bawah naungan Presiden AS, Anthony Fauci, mengakui suntikan dosis ketiga atau booster akan dibutuhkan. Dia mengatakan sangat mungkin dalam beberapa bulan mendatang sebagaimana data berkembang pemerintah dapat mendesak booster berdasarkan faktor-faktor seperti usia dan kondisi medis yang mendasarinya. "Tentu saja itu sepenuhnya bisa dibayangkan, mungkin mungkin suatu saat, kita akan membutuhkannya," kata Fauci.

Meski tidak mengesampingkan kemungkinan suntikan booster, tapi Fauci menyebut terlalu dini bagi pemerintah untuk merekomendasikan suntikan lain. Dia mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dan FDA melakukan hal benar. CDC menolak pernyataan Pfizer pekan lalu dengan menyebut belum memerlukan booster saat ini.

Menurut Fauci studi klinis dan data laboratorium belum sepenuhnya mendukung perlunya booster untuk vaksin Pfizer dan Moderna dua suntikan saat ini atau rejimen Johnson & Johnson satu suntikan. "Saat ini, dengan data dan informasi yang kami miliki, kami tidak perlu memberikan kesempatan ketiga kepada orang-orang," ujar Fauci.

"Bukan berarti kita berhenti di situ. Ada penelitian yang sedang dilakukan sekarang sedang berlangsung saat kita berbicara tentang melihat kelayakan tentang apakah dan kapan kita harus mengizinkan orang-orang," ujarnya menambahkan.

Saat ini hanya sekitar 48 persen dari populasi AS yang sepenuhnya divaksinasi. Beberapa bagian negara memiliki tingkat imunisasi yang jauh lebih rendah dan di tempat-tempat itu varian delta melonjak.

Pekan lalu, Direktur CDC Rochelle Walensky mengatakan kondisi itu mengarah pada dua kebenaran yakni petak-petak yang sangat diimunisasi di Amerika kembali normal sementara rawat inap meningkat di tempat lain. Fauci mengatakan tidak dapat dijelaskan beberapa orang Amerika sangat resisten untuk mendapatkan vaksin ketika data ilmiah menunjukkan seberapa efektif vaksin itu dalam mencegah infeksi Covid-19 dan rawat inap.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement